Uji Daya Antijamur Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum pictum L.Griff) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Abstract
Candida albicans menjadi agen penyebab paling umum oral candidiasis.
Saat ini obat yang sering digunakan untuk terapi oral candidiasis umumnya ialah
ketokonazol dan nistatin, namun obat-obatan tersebut memiliki efek samping
seperti mual dan muntah sehingga perlu dipertimbangkan mengenai pengobatan
alternatif dari bahan herbal. Penelitian terhadap berbagai spesies tanaman yang
digunakan untuk bahan obat herbal telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah
tanaman daun ungu (Graptophyllum pictum L. Griff). Hasil uji fitokimia
membuktikan bahwa ekstrak daun ungu mengandung senyawa yang berpotensi
sebagai terapi antijamur seperti alkaloid non toksik, flavonoid, steroid, saponin dan
tanin. Konsentrasi ekstrak daun ungu (Graptophyllum pictum L. Griff ) yang akan
digunakan pada penelitian ini yaitu 0,625%, 1,25%, 2,5%, 5%, dan 10%.
Metode uji bakteri yang digunakan menggunakan metode difusi agar Kirby
Bauer. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 28 sampel yang terdiri atas tujuh
kelompok yaitu, kelompok kontrol positif (Ketokonazol 200 mg), kontrol negatif
(akuades steril), dan ekstrak daun ungu dengan konsentrasi 0,625%, 1,25%, 2,5%,
5%, dan 10%. Setiap kelompok diberikan kertas cakram yang digunakan untuk
menyerap senyawa dari ketujuh kelompok tersebut kemudian diletakkan di atas
media agar yang telah diinokulasikan Candida albicans. Selanjutnya diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37oC. Setelah itu dilakukan pengamatan dengan
mengukur diameter zona bening (zona hambat) yang terbentuk di sekitar kertas
cakram.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata diameter zona hambat dari yang
terbesar hingga terkecil adalah kelompok kontrol positif sebesar 15,64 mm, diikuti
dengan ekstrak daun ungu konsentrasi 10% sebesar 13,54 mm, dan 5% sebesar 7,37
mm. Sedangkan untuk konsentrasi 2,5%; 1,25%; 0,625% dan kontrol negatif tidak
menghasilkan zona hambat.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2104]