Hubungan Masa Kerja dengan Timbulnya Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Petani Karet di Wilayah Kerja Puskesmas Tempuro Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember
Abstract
Penyakit tidak menuar (PTM) menjadi salah satu masalah yang rentan terjadi
pada petani seperti musculoskeletal disorder (MSDs) (Anggraeni et al., 2022).
Masalah kesehatan yang dapat terjadi pada penyadap karet salah satunya adalah
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan sindrom
terowongan karpal (Pramchoo et al., 2018). CTS diakibatkan karena terjadinya
penekanan secara terus menerus pada saraf medianus di terowongan karpal sehingga
menyebabkan kerusakan pada saraf medianus dan menimbulkan sensasi nyeri, mati
rasa, serta kesemutan ataupun sensasi panas seperti terbakar pada jari (Nadhifah et al.,
2019). Petani penyadap karet melakukan kegiatan yang melibatkan penekanan pada
tangan yang dilakukan secara berulang. Menyadap pohon karet menimbulkan risiko
ergonomis yang melibatkan deviasi pergelangan tangan yang berulang-ulang dari
posisi netral, pengerahan tenaga yang kuat dan tekanan mekanis. Penyadap umumnya
menyadap sekitar 200-300 pohon per hari dengan menghabiskan waktu sekitar 5-6
jam per hari sehingga bersiko tinggi terkena CTS apalagi jika dilakukan terus
menerus hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisa hubungan antara masa kerja dengan timbulnya gejala Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada petani karet di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kecamatan
Tempurejo Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total
sampling dengan jumlah populasi sebanyak 284 dan didapatkan sampel sebanyak 217
petani karet sesuai dengan kriteria insklusi dan eksklusi, sebanyak 67 petani karet
tidak memnuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner demografi untuk mengetahui masa kerja klien dan Boston Carpal Tunnel
Quesstionare (BCTQ) untuk mengetahui keparahan gejala dan gangguan fungsional
pada petani karet. Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson.
Penelitian ini sudah memiliki sertifikat kelaikan etik No.024/UN25.1.14/KEPK/2024.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara masa kerja dengan
gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Gelaja CTS pada Boston Carpal Tunnel
Quesstionare (BCTQ) memiliki 2 indikator yaitu keparahan gejala dan gangguan
fungsional. Pada penelitian ini masa kerja dihubungkan dengan kedua indikator dan
memiliki hasil untuk hubungan masa kerja dengan severity symtomp scale didapatkan
nilai p = 0,000 dimana p < 0,05 yang artinya ada hubungan antara masa kerja dengan
severity symtomp scale. Pada hasil uji didapatkan nilai korelasi 0,823 yang berarti
bahwa masa kerja dan severity symtomp scale memiliki arah hubungan positif yang
menunjukkan semakin lama masa kerja maka akan semakin tinggi nilai severity
symtomp scale. Sedangkan hasil hubungan masa kerja dengan functional scale
didapatkan nilai p = 0,000 dimana p<0,005 yang artinya ada hubungan antara masa
kerja dengan functional scale. Pada hasil uji didapatkan nilai korelasi 0,860 yang
berarti bahwa masa kerja dan functional scale memiliki arah hubungan positif yang
menunjukkan semakin lama masa kerja maka akan semakin tinggi nilai functional
scale.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah masa kerja berhubungan dengan severity
symtomp scale dan functional scale pada petani karet di wilayah kerja Puskesmas
Tempurejo. Oleh karena itu, perawat dapat berperan sebagai konselor, educator,dan
care provider dalam memberikan informasi, melakukan screening,dan tindakan
pencegahan secara teratur terhadap gejala CTS yang dirasakan petani sehingga
kejadian CTS pada petani karet dapat berkurang. Dari hasil penelitian ini, bagi petani
karet di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo diharapkan untuk meningkatkan
keaktifan dalam mencari informasi untuk pengetahuan mengenai manajemen
mengatasi keluhan CTS. Untuk tenaga kesehatan di area perkebunan karet diharapkan
dapat melakukan kegiatan UKK secara rutin kepada petani karet sebagai skrining dan
pencegahan adanya masalah kesehatan akibat kerja pada petani karet. Bagi peneliti
selanjutnya harapannya dapat menganalisa lebih lanjut gejala CTS pada petani karet
yang sudah tidak aktif bekerja, apakah CTS akibat kerja ini terus terjadi meskipun
sudah tidak lagi bekerja atau terdapat penurunan gejala CTS.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1600]