Prevalensi dan Distribusi Penyakit Jaringan Lunak Mulut Anak Stunting Usia 12 – 59 Bulan di Puskesmas Sukorambi, Kabupaten Jember September – Oktober 2023
Abstract
Prevalensi stunting di Indonesia masih di atas batas standar dari yang
ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yakni 20%. Kabupaten Jember
yang terletak di Provinsi Jawa Timur menyumbangkan angka prevalensi stunting
terbesar, yakni 34,9% (SSGI, 2022). Puskesmas Sukorambi memiliki prevalensi
stunting tertinggi di daerah Jember (Dinas Kesehatan, 2023). Tingginya prevalensi
stunting perlu segera ditangani mengingat dampaknya dapat mengakibatkan satu
juta anak kehilangan nyawa setiap tahunnya (WHO, 2022). Penyakit jaringan lunak
mulut yang banyak ditemukan pada anak stunting dapat dijadikan sebagai salah satu
fokus pemerintah dalam mengurangi angka stunting. Penelitian ini bertujuan
mengetahui prevalensi dan distribusi penyakit jaringan lunak mulut pada anak
stunting usia 12 – 59. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk
mengetahui beban program kesehatan yang harus ditanggung untuk upaya
penanganan anak stunting sejak usia dini.
Penelitian ini berjenis observasional deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorambi,
Kabupaten Jember pada bulan September – Oktober 2023. Populasi adalah 200
anak dengan besar sampel 70 anak stunting usia 12 – 59 bulan yang ditentukan
dengan rumus Slovin. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
yakni mengambil sampel sesuai kriteria pada beberapa posyandu hingga besar
sampel yang ditentukan dapat terpenuhi dan mewakili populasi.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi dan distribusi penyakit jaringan
lunak mulut pada responden sebesar 32,5% dengan kasus terbanyak pada jenis
kelamin perempuan (50,98%) dan kelompok umur 24 – 35 bulan (27,14%). Oral
ulcer adalah jenis penyakit jaringan lunak mulut dengan prevalensi tertinggi, yakni sebesar 10,50% (21 anak) dengan kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan
(52,38%) dan kelompok umur 36 – 47 bulan (47,62%). Selain oral ulcer, ditemukan
juga prevalensi jenis penyakit jaringan lunak lain seperti suspect oral candidiasis
lidah 19 anak (9,50), glossitis 8 anak (4,00%), cheilitis 7 anak (3,50%), geographic
tongue 5 anak (2,50%), angular cheilitis 3 anak (1,50%), dan lesi lain 2 anak
(1,00%). Tingginya prevalensi oral ulcer dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi
yang terjadi pada anak stunting dan rentannya anak usia 12 – 59 bulan terhadap
trauma mukosa sehingga mudah terjadi traumatic ulcer. Ditemukan tingginya
kasus anak stunting yang menderita penyakit jaringan lunak mulut dapat
disebabkan oleh kurangnya intake nutrisi akibat orang tua yang memiliki
perekenomian rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian bahwa oral
ulcer terjadi paling banyak pada usia 36 – 47 bulan dan pada usia tersebut pekerjaan
ayah responden sebagian besar adalah sebagai kuli dan buruh, serabutan, dan petani
yang berpendapatan rendah sehingga mempengaruhi status gizi responden
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2104]