Pengaruh Pemberian Fraksi Etil Asetat Temu Giring terhadap Volume Udema dan Waktu Latensi pada Mencit Arthritis yang Diinduksi CFA
Abstract
Reumatoid arthritis (RA) adalah penyakit reumatik autoimun yang paling sering ditemukan dan merupakan penyakit dengan inflamasi kronik yang progresif serta dapat menimbulkan kerusakan sendi yang permanen. Salah satu terapi yang digunakan untuk RA yaitu obat yang berasal dari golongan obat antiinflamasi non steroid (AINS). Namun, selain menggunakan obat konvensional pengembangan obat untuk RA juga diarahkan pada pengobatan herbal. Salah satu pengobatan yang digunakan adalah kunyit, dimana kunyit memiliki kandungan berupa kurkumin yang dapat menunjukkan efek antiinflamasi pada pasien RA. Selain kunyit, terdapat temu giring (Curcuma heyneana Val.) yang berada dalam genus yang sama serta mengandung kurkumin sebagai senyawa identitas. Saat ini, temu giring sebagai tanaman obat hanya berkontribusi dibawah 5% sedangkan kunyit telah menyumbang hingga 18,82%. Oleh karena itulah pemanfaatan temu giring sebagai tanaman obat perlu dioptimalkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat temu giring terhadap mencit arthritis yang disebabkan karena induksi Completed Freund’s Adjuvant (CFA) secara intraplantar.
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghambatan udema yang didapat melalui pengukuran volume udema mencit menggunakan pletismometer dan pemanjangan waktu latensi yang diukur menggunakan hot/cold plate bersuhu 50±0,5 °C. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor mencit yang terbagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok normal/sham (CMC-Na 1%), kelompok kontrol negatif (CMC-Na 1%), kelompok kontrol positif (Natrium diklofenak 10 mg/kgBB), serta kelompok ekstrak dosis 125 mg/kg BB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Sebelum diinjeksi, mencit diukur volume udema dan waktu latensi untuk digunakan sebagai data baseline. Mencit kemudian dibagi menjadi kelompok sham yang diinjeksi dengan normal saline 20 μl dan kelompok CFA yang diinduksi menggunakan 20 μL CFA. Selanjutnya, volume udema dan waktu latensi mencit diukur secara berkala pada hari ke3, 5, 7, 9, 11, dan 14. Perlakuan diberikan secara oral mulai hari ke-5 hingga hari ke 14. Data hasil pengukuran volume udema waktu latensi hari ke0, 3 dan 5 dianalisis dengan independent t-test sedangkan data hari 14 digunakan untuk menghitung persentase penghambatan udema dan peningkatan waktu latensi yang selanjutnya dianalisis dengan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji post hoc LSD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi CFA secara intraplantar pada kaki belakang mencit dapat menyebabkan arthritis. Hal ini ditandai dengan peningkatan volume udema dan penurunan waktu latensi yang signifikan (p < 0,05) dibandingkan kelompok sham. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian fraksi etil asetat temu giring diketahui dapat menurunkan udema dan memanjangkan waktu latensi. Aktivitas fraksi etil asetat temu giring sebagai antiinflmasi pada peningkatan dosis fraksi etil asetat temu giring tidak memiliki pengaruh yang sebanding dengan penghambatan volume udema dan peningkatan waktu latensi. Hasil analisis statistik menunjukkan, aktivitas peningkatan waktu latensi dari fraksi etil asetat temu giring berbeda signifikan (p < 0,05), namun pada penghambatan udema hasil statistik menunjukkan tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dibandingkan kelompok kontrol positif namun berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat temu giring dapat menurunkan volume udema dan meningkatkan waktu latensi pada mencit arthritis.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1498]