Faktor-Faktor Penyebab Sex Trafficking Lintas Batas Asal Myanmar di Thailand
Abstract
Dalam aktivitas perdagangan manusia lintas batas Thailand dan Myanmar, Thailand menjadi negara tujuan perdagangan manusia dan Myanmar merupakan negara pemasok korban perdagangan manusia. Akibatnya, korban sex trafficking asal Myanmar seringkali ditemukan di Thailand dan jumlah korbannya beberapa kali menunjukkan peningkatan. Kedua negara pada dasarnya sudah terlibat dalam berbagai upaya penanganan perdagangan manusia dengan tujuan meminimalisir aktivitas sex trafficking lintas batas Myanmar dan Thailand. Namun pada kenyataannya, Thailand tetap menjadi negara tujuan utama bagi korban perdagangan manusia yang dipasok dari Myanmar. Bahkan jumlah korban perdagangan manusia dari Myanmar lebih tinggi daripada Laos, Kamboja, dan negara-negara lainnya yang cenderung menurun dari tahun 2018 hingga tahun 2021. Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab masih berjalannya sex trafficking lintas batas asal Myanmar di Thailand.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa data yang dipaparkan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka, dengan sumber sekunder yang diperoleh dari buku, media internet, jurnal, skripsi, berita online. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data dari laporan dan situs resmi Pemerintah Thailand dan Myanmar yang berkaitan dengan permasalahan sex trafficking di Thailand dan Myanmar. Dalam skripsi ini analisis data dilakukan dengan mengaitkan data analisis penelitian ke dalam teori dan konsep penelitian yang digunakan, yakni feminisme dan sex trafficking yang dikembangkan oleh Kevin Bales.
Hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor penyebab masih berjalannya sex trafficking lintas batas asal Myanmar di Thailand. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari negara asal atau Myanmar, yakni adanya instabilitas politik, instabilitas ekonomi dan kemiskinan, kurangnya komitmen Pemerintah Myanmar dalam penanganan trafficking, dan beberapa faktor sosio-kultural lain. Faktor kedua adalah faktor yang berasal dari negara tujuan perdagangan manusia atau Thailand, yakni adanya permintaan atas pekerja seks dalam industri pariwisata seksual, dan lemahnya kontrol perbatasan Thailand dan Myanmar yang dimanfaatkan oleh kelompok kriminal transnasional terorganisir. Keberadaan kelompok kriminal perdagangan manusia transnasional yang semakin menguat di Thailand menjadi faktor ketiga penyebab masih berjalannya sex trafficking lintas batas asal Myanmar ke Thailand. Dalam hal ini, kelompok kriminal memanfaatkan faktor supply dan faktor demand kedua negara serta membangun kekuatan yang lebih besar melalui koneksi dengan pejabat atau penegak hukum yang korupsi. Ketiga faktor tersebut meletakkan perempuan sebagai produk patriarki yang berkembang di masyarakat.