Negosiasi Identitas Perempuan Islam Candikuning-Sinduwati dalam Dualisme Interpretasi Agama dan Kultur di Bali
Abstract
Penelitian ini mencoba mengeksplorasi negosiasi yang terjadi dalam landscape agama dan kultur yang ada di Bali dengan mengambil setting penelitian di Desa Candikuning dan Desa Sinduwati Bali. Negosiasi yang diteliti mengambil fokus pada perempuan Islam Bali dalam mengartikulasikan identitas agama dan budaya yang dimilikinya. Terjadinya dualisme budaya dan agama yang berakibat munculnya permasalahan dalam penelitian terkait dengan stereotip menjadi Islam yang Bali, isu sekularisme, dan asal usul tanah kelahiran. Dalam beberapa isu yang terjadi pemerintah mengeluarkan Ajeg Bali sebagai peraturan di mana dalam pelaksanaannya menghadirkan dualisme interpretasi praktik keagamaan. Isu yang telah lama terjadi di Bali bagi perempuan Islam di mana atribut keagamaan seperti hijab mengalami pembatasan penggunaannya, sementara bagi mereka yang beragama Hindu bisa dengan bebas melakukan praktik keagamaan yang malah ditegaskan sebagai identitas yang ditunjukkan bahkan menyatu dalam kehidupan keseharian Bali. Di satu sisi artikulasi identitas dilegitimasi oleh otoritas lokal yang menjadi penguat identitas Bali namun di sisi lain menjadi tantangan yang dihadapi oleh perempuan Islam Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi Masvasti yang akan dianalisis menggunakan perspektif Fatima Mernissi mengenai identitas perempuan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negosiasi identitas dipraktikkan melalui penggunaan bahasa dan pakaian oleh perempuan Islam Bali. Sementara terdapat beberapa strategi hibridasi budaya yang dipertontonkan dalam kesenian tari Bali atau kegiatan lainnya yang menggabungkan estetika Islam dan Bali. Kemudian terdapat pula beberapa praktik keagamaan Islam yang diakulturasikan dengan budaya Bali dalam memperkuat identitas Islam Bali-nya.