Gambaran Pelaksanaan 10T pada Antenatal Care (ANC) Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember
Abstract
WHO memperkirakan setiap harinya sekitar 810 ibu meninggal karena
kehamilan dan persalinan dengan penyebab yang dapat dicegah, 94% dari semua
kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah (WHO,
2020). Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember merupakan puskesmas dengan
AKI tertinggi pada tahun 2021 di Kabupaten Jember. Upaya untuk menurunkan
angka kematian ibu salah satunya melalui program pelayanan antenatal care
(ANC). Berdasarkan data laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun
2021 terdapat cakupan K1 sebesar 103,64%, K4 sebesar 58,67 % masih belum
memenuhi target 100%. Tidak tercapainya target K4 kunjungan ANC Terpadu
dan terjadinya AKI pada wilayah kerja Puskesmas Sukowono dipengaruhi oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pemeriksaan kunjungan ANC, serta
konseling yang diberikan bidan kepada ibu hamil kurang lengkap sesuai dengan
pedoman yang ada. Sehingga dalam pelaksanaan ANC Terpadu 10 T terdapat
unsur konseling yang perlu dilakukan oleh pihak terkait agar pengetahuan ibu
hamil pada ANC Terpadu meningkat sehingga kunjungan ANC juga meningkat.
Tujuan penelitian ini menggambarkan pelaksanaan 10T Antenatal Care (ANC)
Terpadu di wilayah kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember. Unit analisis dalam
penelitian ini yaitu 28 tenaga kesehatan yang melaksanakan ANC Terpadu.
Responden dalam penelitian ini 28 bidan dengan menggunakan total sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen.
Hasil penelitian dan hasil studi dokumen menunjukkan bahwa gambaran
pelaksanaan 10T pada kunjungan pertama (K1) dalam Antenatal Care (ANC)
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
ix
Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember sebanyak 2
bidan (7,2%) melakukan temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa
secara sering. Selanjutnya pelaksanaan 10T pada kunjungan keempat (K4) dalam
ANC Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember seluruh
bidan melakukan pelaksanaan 10T secara selalu. Pelaksanaan 10T pada
kunjungan keenam (K6) dalam ANC Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukowono Kabupaten Jembersebanyak 1 bidan (3,6%) melakukan tata laksana
kasus secara sering.
Kesimpulan menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan 10T pada
Kunjungan Pertama (K1) dalam Antenatal care (ANC) Terpadu di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember termasuk dalam kategori kurang baik.
Selanjutnya pelaksanaan 10 T pada Kunjungan Keempat (K4) dalam Antenatal
care (ANC) Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember
termasuk dalam kategori baik. Serta pelaksanaan 10 T pada Kunjungan Keenam
(K6) dalam Antenatal care (ANC) Terpadu di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukowono Kabupaten Jember termasuk dalam kategori kurang baik. Apabila
konseling dan tata laksana kasus tidak dapat dilaksanakan secara baik, maka akan
berpengaruh kepada kesehatan ibu hamil serta akan berpengaruh pada AKI. Bidan
yang memberikan pelayanan ANC Terpadu dengan baik akan mempengaruhi
kualitas pelayanan yang diberikan.
Saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait ialah Meningkatkan
bimbingan teknis dan pengarahan secara rutin kepada bidan desa dan memberikan
umpan balik, serta memberikan penghargaan, membangun tanggung jawab dan
supervisi untuk peningkatan pelayanan standar 10T ANC Terpadu khususnya
untuk pelaksanaan pemberian konseling dan pelaksanaan tata laksana kasus pada
ibu hamil agar angka cakupan kunjungan ibu meningkat dan AKI menurun.
Mempertahankan pelayanan standar 10T dengan baik agar angka cakupan dapat
memenuhi target yaitu 100% serta dapat menurunkan AKI
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2283]