Estimasi Emisi Gas Rumah Kaca (CH4 dan N2O) pada Aktivitas Peternakan di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari
Abstract
Pertanian (peternakan) menjadi salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca. Ternak ruminansia menyumbang emisi metana (CH4) dan emisi dinitrogen oksida (N2O). Emisi metana dari sektor peternakan diperoleh dari aktivitas fermentasi enterik pada ternak ruminansia dan dari pengelolaan kotoran ternak. Emisi dinitrogen oksida disumbangkan melalui pengelolaan kotoran ternak. Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari memiliki sekitar 180 ekor ternak sapi pejantan dan 140 ekor ternak kambing (pejantan dan betina). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan beban emisi gas metana dan dinitrogen oksida pada ternak ruminansia serta menentukan prioritas strategi penurunan emisi gas rumah kaca. Metode perhitungan dalam memperhitungkan beban emisi gas rumah kaca sektor peternakan di BBIB Singosari adalah metode perhitungan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Perhitungan beban emisi metana menggunakan faktor emisi lokal dan beban emisi gas dinitrogen oksida menggunakan faktor emisi default. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) digunakan dalam memilih prioritas strategi penurunan emisi gas rumah kaca dari ternak ruminansia di BBIB Singosari. Prioritas penurunan emisi dipengaruhi oleh kriteria teknis, biaya, dan lingkungan. Strategi penurunan emisi gas rumah kaca oleh ternak ruminansia meliputi Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS), Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO), Sistem Penyimpanan Kotoran, dan Pakan Ternak Berkualitas. Hasil penelitian ini yaitu emisi gas metana pada ternak ruminansia di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari sebesar 286,10 ton CO2-eq/tahun meliputi 268,68 ton CO2-eq/tahun dari fermentasi enterik dan 17,41 ton CO2-eq/tahun dari pengelolaan kotoran ternak. Beban emisi dinitrogen oksida dari pengelolaan kotoran ternak langsung di BBIB Singosari sebesar 2,75 ton CO2-eq/tahun dan pengelolaan kotoran ternak secara tidak langsung sebesar 0,007 ton CO2-eq/tahun. Hasil analisis menggunakan metode TOPSIS menunjukkan urutan prioritas strategi penurunanan emisi adalah sistem penyimpanan kotoran, pakan ternak berkualitas, BATAMAS, dan UPPO.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4173]