Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini terhadap Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Asembagus Kabupaten Situbondo
Abstract
Kesehatan reproduksi penting bagi perempuan muda karena mencakup
aspek fisik, mental, dan sosial yang optimal. Pernikahan dini dapat mengancam
kesehatan reproduksi mereka dan bayi yang dilahirkan di usia yang kurang
matang, dengan dampak seperti risiko infeksi seksual, kanker serviks, masalah
keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan, dan kekerasan fisik serta seksual.
Studi menunjukkan prevalensi tinggi pernikahan dini di Indonesia, menunjukkan
tantangan besar dalam menjaga kesehatan reproduksi remaja perempuan.
Penelitian pendahuluan di SMA Negeri 1 Asembagus pada Maret 2024,
menemukan bahwa pernikahan dini masih menjadi alasan siswi perempuan
berhenti sekolah yang dipicu oleh kurangnya pendidikan, keterbatasan ekonomi,
dan faktor budaya. Identifikasi pengetahuan dan sikap terkait dampak pernikahan
dini pada kesehatan reproduksi menjadi penting untuk memahami fenomena ini
secara lebih mendalam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan studi
cross-sectional. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menggambarkan secara
menyeluruh pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai dampak pernikahan
dini terhadap kesehatan reproduksi. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, dengan skala ordinal untuk kedua variabel.
Populasi studi meliputi seluruh siswi putri di SMA Negeri 1 Asembagus
Kabupaten Situbondo, dengan sampel sebanyak 100 responden yang dipilih
melalui teknik quota sampling, dengan kriteria inklusi mencakup usia 16-18 tahun
dan belum pernah menikah, sementara kriteria eksklusi mencakup sejarah masalah
kesehatan reproduksi sebelumnya. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan dan
sikap para responden terhadap dampak pernikahan dini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71 responden (71%) memiliki
pengetahuan yang baik, 25 responden (25%) memiliki pengetahuan yang cukup,
dan 4 responden (4%) memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan tertinggi
terdapat pada topik isolasi dan depresi (97%), sedangkan skor terendah terdapat
pada topik kanker serviks (55%). Dalam penilaian sikap, 86 responden (86%)
memiliki sikap positif dengan menolak dampak pernikahan dini, dan 14
responden (14%) memiliki sikap negatif dengan menerima dampak pernikahan
dini. Sikap paling positif ditemukan pada respons terhadap perawatan antenatal
(84%) dan proses persalinan, sedangkan sikap paling tidak positif ditemukan pada
respons terhadap mutilasi genital perempuan (50%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang baik dan sikap positif tentang dampak pernikahan dini.
Pengetahuan tertinggi terletak pada isolasi dan depresi yang dipengaruhi oleh
seringnya remaja putri mengalami hal tersebut dan pengetahuan terendah pada
topik kanker serviks diakibatkan oleh remaja putri yang tidak merasa relevan
dengan topik tersebut di usia mereka yang masih muda. Sikap positif tertinggi
terhadap topik antenatal care dan proses persalinan diakibatkan oleh pengalaman
remaja putri yang mungkin lebih sering melihat dampak tersebut daripada dampak
lainnya serta sikap positif terendah pada topik female genital mutilation yang
diakibatkan oleh minimnya pengetahuan remaja putri untuk mempertimbangkan
hal tersebut. Meskipun hasil menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik dan
sikap yang positif, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan
pemahaman tentang semua aspek kesehatan reproduksi. Pendidikan yang lebih
komprehensif dan program pemantauan yang berkelanjutan akan sangat
bermanfaat dalam mengurangi angka pernikahan dini. Kampanye kesehatan yang
melibatkan berbagai pihak, termasuk sekolah, keluarga, dan komunitas, perlu
digalakkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan reproduksi
yang optimal bagi wanita muda.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1554]