Resistensi Budaya Batak Toba dalam Arus Modernisasi pada Film "Ngeri-Ngeri Sedap" (2022)
Abstract
Film “Ngeri-Ngeri Sedap” merupakan salah satu film drama komedi yang
secara eksplisit menampilkan dinamika kehidupan suku Batak Toba dalam
menghadapi arus modernisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk
resistensi budaya Batak Toba yang ditampilkan pada film “Ngeri-Ngeri Sedap” di
tengah arus modernisasi. Peneliti mengidentifikasi bentuk-bentuk resistensi budaya
Batak Toba menggunakan teori unsur naratif Bordwell, yaitu fabula dan syuzhet
dan dihubungkan dengan konsep budaya Dalihan Na Tolu dalam arus modernisasi.
Peneliti menemukan 3 unsur dalam mempertahankan budaya Batak Toba dan
resistensi terhadap arus modernisasi dari Pak Domu dan Mak Domu, terdiri atas 3
bentuk budaya. Pertama, budaya Batak Toba untuk menikah dengan sesama suku
Batak. Kedua, budaya Batak Toba dalam menjunjung nilai dan martabat keluarga.
Ketiga, budaya Batak Toba pemberian warisan kepada anak laki-laki terakhir.
Ketiga bentuk budaya tersebut dilawan oleh anak-anaknya karena adanya pola pikir
yang berbeda dari orang tua dan anak. Hal tersebut ditampilkan dalam fabula yang
terdiri atas tokoh dan alur cerita, serta syuzhet yang terdiri atas dialog dan frame by
frame yang dipilih sesuai data. Dari data yang diambil, pada syuzhet ditemukan 2
teknik, yaitu teknik retardasi (penundaan) dan penerapan narasi visual. Resistensi
yang muncul pada suku Batak Toba dalam film “Ngeri-Ngeri Sedap” penting untuk
dilakukan sebagai bentuk upaya dalam menjaga keseimbangan antara tradisi
budaya dengan dinamika modernisasi. Berdasarkan temuan resistensi terhadap
modernisasi yang Pak Domu dan Mak Domu lakukan tidak sepenuhnya menolak
perubahan, tetapi mencoba menegosiasi perbedaan pandangan antara orang tua
yang memiliki pemikiran tradisional dan anak-anaknya yang memiliki pemikiran
modern.