Uji Viabilitas Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Gunung Gambir pada Sel Line Vero
Abstract
Teh (Camellia sinensis) dapat berkhasiat sebagai obat herbal dan menjadi
minuman dengan jumlah konsumsi terbanyak di dunia. Teh hijau sebagai salah satu
jenis pengolahan tanaman teh yang tidak melalui proses fermentasi sehingga
memiliki kandungan senyawa tertinggi. Tanaman ini mengandung katekin yang
bisa meminimalisir pembentukan plak gigi. Selain itu, kandungan katekin dan
turunannya memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan antitumor.
Kandungan fluoride di dalam teh juga bisa mengurangi kerusakan gigi. Oleh karena
itu, perlu uji biokompatibilitas ekstrak teh hijau sebagai alternatif bahan preventif
di kedokteran gigi. Evaluasi biokompatibilitas bahan salah satunya dengan uji
viabilitas menggunakan metode MTT assay (Microculture Tetrazolium Technique).
Pengujian ini dilakukan pada sel line Vero karena mudah tumbuh dan dimanipulasi.
Dilakukan pengujian viabilitas ekstrak teh hijau Gunung Gambir dengan
konsentrasi 0,1; 1; 10; 50; 100; 250; 500; 1000 µg/mL untuk mengetahui
konsentrasi non toksik pada sel Vero.
Penelitian ini berjenis eksperimental secara post-test control group design.
Parameter dalam penelitian ini adalah viabilitas sel Vero yang diamati dari uji MTT
assay setelah dipapar ekstrak teh hijau konsentrasi 0,1; 1; 10; 50; 100; 250; 500;
1000 µg/mL. Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak teh hijau,
pengenceran dengan serial dilution, pengondisian kultur sel Vero, inkubasi sel Vero
dengan ekstrak teh hijau, uji MTT, dan analisis viabilitas. Data hasil uji kemudian
dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS. Uji normalitas Shapiro-Wilk Test
dengan hasil (p<0,05) tidak berdistribusi normal dan uji homogenitas Levene Test
dengan hasil (p<0,05) tidak homogen. Kemudian dilakukan uji non parametrik
menggunakan uji Kruskal Wallis dengan hasil (p<0,05) memiliki perbedaan
signifikan, uji lanjutan menggunakan Mann Whitney. Hasil uji dilihat dari perubahan garam kuning larut air methyltiazol
tetrazolium (MTT) menjadi kristal formazan tidak larut air yang berwarna
keunguan. Intensitas warna ungu pekat pada kelompok kontrol sementara warna
menjadi semakin memudar seiring meningkatkan konsentrasi. Hasil persentase
viabilitas pada sel Vero kelompok perlakuan yang telah diberi ekstrak teh hijau
paling tinggi berada pada kelompok perlakukan konsentrasi 0,1 µg/mL dengan nilai
sebesar 93,20% ± 8,42 yang bersifat non toksik dan paling rendah pada konsentrasi
1000 µg/mL dengan nilai 16,51% ± 1,5 yang bersifat toksik. Berdasarkan analisis
data, dapat diketahui adanya penurunan viabilitas sel seiring meningkatkan
konsentrasi ekstrak teh hijau. Dari persentase viabilitas sel dilakukan penghitungan
nilai IC50 yang diperoleh 428,69 µg/mL termasuk sitotoksik lemah.
Teh hijau yang memiliki aktivitas antioksidan dari kandungan flavanoid
yang mampu meningkatkan viabilitas sel dengan mengikat reactive oxygen species
(ROS), menghambat aktivitas oksidasi, dan meningkatkan enzim antioksidan.
Namun, senyawa ini bisa meningkatkan sitotoksisitas pada sel jika diberikan
dengan konsentrasi tinggi. Efek toksik teh hijau lebih tinggi pada sel tumor daripada
sel normal. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh
hijau memiliki sifat non toksik optimal pada konsentrasi 0,1 µg/mL namun toksik
pada konsentrasi 250, 500, dan 1000 µg/mL terhadap sel line Vero secara in vitro.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2088]