dc.description.abstract | Tomat merupakan suatu tanaman dari golongan hortikultura yang banyak
diminati dan dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Data konsumsi tomat
oleh rumah tangga di Indonesia menunjukkan tingkat konsumsi tomat mengalami
kenaikan dari tahun 2019 sebesar 629,02 ribu ton meningkat menjadi 634,01 ribu
ton di tahun 2020 dan 677,97 ribu ton ditahun 2021 (Badan Pusat Statistik
Indonesia,2021). Data produksi di daerah Jember juga menunjukkan bahwa
produksi tomat di tahun 2021 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2020 yakni dari 24.146 ton menurun menjadi 13.720 ton (Badan Pusat statistik
Jember, 2022). Rendahnya produksi tanaman tomat dapat disebabkan karena
keterbatasan varietas unggul yang kurang mampu untuk tumbuh dengan baik di
dataran rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mempertahankan
produktivitas tanaman tomat agar tidak mengalami penurunan yaitu dengan
melakukan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman pada tomat dapat dilakukan
sebagai salah satu solusi untuk mengembangkan varietas baru dengan potensi
hasil yang tinggi dan tahan terhadap serangan hama maupun penyakit.
Metode pemuliaan tanaman yang dapat digunakan untuk mendapatkan
varietas unggul salah satunya adalah dengan metode induksi poliploidi.
Penggunaan metode Induksi poliploidi pada tanaman hortikultura telah banyak
dilakukan dan dikembangkan, banyak diantaranya yang menggunakan senyawa
kimia seperti kolkisin sebagai mutagen. Kolkisin merupakan senyawa kimia yang
dapat menghambat proses mitosis pada tanaman, sehingga sel tanaman akan
berganda dan memperbesar ukuran dan buah tanaman. Disisi lain, kolkisin juga
memiliki efek negatif seperti menghambat pertumbuhan dan menurunkan
persentase perkecambahan benih. Maka dari itu, penentuan konsentrasi yang tepat
diperlukan agar tanaman dapat menyerap kolkisin dengan meminimalkan efek negatif dari kolkisin itu sendiri. Adapun apalikasi kolkisin yang efektif dan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan perendaman benih dengan konsentrasi
tertentu. Penggunaan kolkisin dengan konsentrasi 0,2% mampu meningkatkan
diameter batang, sedangkan lama perendaman 24 jam berpengaruh pada panjang
tanaman dan berat buah per plot. Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penerapan konsentrasi kolkisin
dan lama perendaman benih terhadap pertumbuhan dan hasil Tanaman tomat.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2023 di Greenhause
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Rancangan yang
digunakan yakni rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2
faktor. Faktor pertama berupa konsentrasi Kolkisin (K) dengan 4 taraf yaitu K0 =
0%, K1 = 0,1%, K2 = 0,2%, K3 = 0,3% dan faktor kedua berupa Lama
perendaman (P) dengan 3 taraf yaitu P1= 18 Jam, P2 = 24 Jam, P3 = 30 Jam. Jika
hasil yang diperoleh menunjukkan beda nyata maka dilakukan uji lanjut
menggunakan uji jarak berganda Duncan dengan α=5%. Variabel pengamatan
meliputi persentase perkecambahan, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
buah pertanaman, berat buah pertanaman, berat per buah, diameter buah, dan
tingkat kemanisan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik terdapat
pada pemberian kolkisin dengan konsentrasi 0,3% dan lama perendaman 18 jam
(K3P1) yang menghasilkan jumlah buah sebesar 11.33 buah. Sementara itu,
pemberian konsentrasi kolkisin sebesar 0.3% menunjukkan hasil terbaik terhadap
parameter daya kecambah dan jumlah buah pertanaman yakni masing-masing
sebesar 29.63% dan 10.67 buah. Sedangkan pemberian lama perendaman benih
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan.
Penggunaan senyawa kolkisin mampu untuk menurunkan jumlah biji pada buah
tomat dan meningkatan penebalan daging buah | en_US |