Analisis Keberfungsian Fungsi Keluarga Agraris terhadap Kejadian Stunting
Abstract
Stunting masih menjadi permasalahan di berbagai Dunia termasuk di
Indonesia dan khususnya di Kabupaten Jember yang sebagian wilayahnya adalah
pertanian. Keluarga di Indonesia dengan tingkat kesejahteraan terendah berasal dari
keluarga agraris dengan urutan tertinggi persentase penduduk miskin, termasuk di
Kabupaten Jember, padahal kemiskinan akan mempengaruhi tidak optimalnya
pemenuhan fungsi keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat anak
stunting, sehingga keluarga dapat berperan untuk mengendalikan resiko kejadian
stunting melalui optimalisasi fungsi keluarga untuk mencapai kesejahteraan
anggota keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keberfungsian fungsi
keluarga agraris terhadap kejadian stunting, khususnya pada wilayah Puskesmas
Sukorambi, Puskesmas Banjarsengon, dan Puskesmas Panti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan kuantitatif. Desain yang digunakan adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keberfungsian fungsi keluarga agraris terhadap
kejadian stunting, kemudian data di analisis secara deskriptif, komparatif dan
regresi logistic.
Hasil penelitian menunjukkan keluarga agraris sebagian berasal dari suku
jawa (61,4%) dengan latar pendidikan orang tua yaitu pada tingkat pendidikan dasar
(72,9%). Rata-rata penghasilan keluarga agraris adalah dibawah upah minimum
regional (98,3%) dengan jumlah anak kurang atau sama dengan dua (71%).
Keberfungsian fungsi keluarga agraris tidak berfungsi (55,5%) dan stunting pada
keluarga agraris sebesar (64%). Terdapat perbedaan bermakna pada total skor
fungsi keluarga terhadap stunting (P<0,001) dan ketidakerfungsian fungsi keluarga
ini berkontribusi pada kejadian stunting pada kategori pendek (19%) dan sangat pendek (38%). Fungsi keluarga yang berpengaruh terhadap stunting adalah
penyelesaian masalah (0,003), komunikasi (0,014), peran (<0,001) Respon afektif
(0,004) dan keterlibatan afektif (0,013). Keberfungsian keluarga ini memiliki nilai
R Square 63% terhadap kejadian stunting.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah keluarga agraris dalam penelitian
ini sebagian berasal dari suku jawa dengan pendidikan orang tua yaitu pendidikan
dasar dan saat hamil usia ibu pada rentang usia 17-25 tahun dengan pendapatan
perbulan keluarga dibawah UMR Kabupaten Jember dengan mayoritas keluarga
dengan status menikah. Sebagian keberfungsian keluarga tidak berfungsi (55,5%)
dan stunting pada keluarga agraris pada kategori pendek (36%) dan sangat pendek
(64%). Terdapat pengaruh fungsi keluarga agraris terhadap stunting dan fungsi
keluarga agraris yang berpengaruh yaitu penyelesaian masalah, komunikasi, peran,
Respon afektif dan keterlibatan afektif sehingga berfungsinya fungsi keluarga dapat
menurunkan risiko terjadinya stunting dan diharapkan keluarga mampu
meningkatkan fungsi keluarga dengan kontribusi perawat komunitas melalui
kunjungan dan konseling dengan pendekatan keluarga
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]