Analisis Neutronik Teras Heterogen Small Modular Reactor Tipe GFR Berbahan Bakar ThN-U233N
Abstract
Permintaan energi listrik global mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara menambah
kekhawatiran terhadap tingginya harga gas alam. Indonesia menargetkan
pengurangan emisi 𝐶𝑂2 menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060,
dengan prioritas pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk mencapai
kemajuan signifikan. Teknologi PLTN kini berada pada fase penelitian untuk
memenuhi permintaan energi berkelanjutan untuk mengembangkan reaktor
generasi IV. Reaktor nuklir generasi IV memiliki enam desain yang tergabung
dalam Generation IV International Forum (GIF) salah satunya yaitu Gas-cooled
Fast Reactor (GFR). PLTN menemukan sistem penggunaan energi nuklir yang
baru untuk pembangkit listrik salah satunya yaitu Small Modular Reactor (SMR).
Penelitian ini melakukan perhitungan terhadap desain reaktor SMR tipe
GFR berdaya 100 MWth dalam konfigurasi teras heterogen dengan menggunakan
program OpenMC berbahan bakar thorium nitride (ThN-U233N). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui konfigurasi teras heterogen dengan
menggunakan 5 variasi fuel yang paling optimal pada Small Modular Reactor tipe
GFR berbahan bakar thorium nitride dan mengetahui nilai optimasi faktor
multiplikasi efektif (𝑘𝑒𝑓𝑓) konfigurasi teras heterogen pada GFR berbahan bakar
thorium nitride. Penelitian dimulai dengan menentukan jumlah partikel minimum
dan perhitungan benchmarking kode OpenMC dan SRAC menggunakan
parameter 𝑘𝑒𝑓𝑓, diikuti dengan perhitungan kekritisan untuk konfigurasi teras
homogen selama 5 tahun burn-up. Data acuan digunakan untuk perhitungan
konfigurasi teras heterogen 5 variasi bahan bakar. Analisis fluks neutron dan
fission product dilakukan, kemudian satu data diambil untuk optimasi fraksi
volume bahan bakar, yang akan perpanjangan (extend) periode burn-up hingga 10
tahun.
Perhitungan jumlah minimum partikel menghasilkan 20.000-50.000
partikel menunjukan nilai 𝑘𝑒𝑓𝑓 yang tidak fluktuatif dan nilai error maksimal
benchmarking sebesar 2,2 %. Peneliti menggunakan jumlah partikel 30.000 untuk
digunakan dalam OpenMC dengan total 250 iterasi, dimana 50 iterasi awal
diabaikan untuk memastikan simulasi mencapai keadaan stabil sebelum data
diambil. Hasil perhitungan konfigurasi teras homogen selama 5 tahun burn-up
yang digunakan sebagai acuan untuk perhitungan selanjutnya adalah pengayaan
U-233 dengan variasi sebesar 8,5% karena memiliki nilai 𝑘𝑒𝑓𝑓 yang paling
optimal (mendekati kritis) dan excess reactivity yang paling kecil (bernilai
positif). Perhitungan konfigurasi teras heterogen 5 variasi bahan bakar dengan
acuan rata-rata pengayaan U-233 sebesar 8,5% cenderung menurun untuk excess
reactivity pada kondisi Beginning of Life (BOL) dan End of Life (EOL) pada
setiap case. Analisis fluks neutron untuk setiap case memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dan didapatkan hasil bahwa pemerataan daya cenderung lebih
merata pada case ke-5 dibandingkan dengan lainnya. Penurunan massa fission
product untuk material Th-232 cenderung mengalami penurunan pada kondisi
EOL dibandingkan kondisi BOL, sedangkan pada U-233 mengalami penurunan
dari kondisi BOL ke EOL. Hasil optimasi fraksi volume menunjukan bahwa
bahan bakar dengan persentase 55% mendapatkan nilai yang paling optimal dan
stabil untuk dilanjutkan ke perpanjangan burn-up selama 10 tahun. Hasil
perhitungan perpanjangan burn-up menunjukan bahwa desain berbahan bakar
thorium menggunakan variasi ring fuel 1 (3 ring), fuel 2 (1 ring), fuel 3 (1 ring),
fuel 4 (1 ring), dan fuel 5 (1 ring), serta variasi bahan bakar F1=7%, F2=7,5%,
F3=8,5%, F4=9%, dan F5=10,5% tetap berada dalam kondisi kritis hingga tahun
ke sepuluh.