dc.description.abstract | Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya hayati kedua
terbesar yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di Indonesia terdapat lebih
kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis diantaranya
termasuk tanaman berkhasiat obat, lebih dari 1.800 jenis tanaman telah
diidentifikasi dari berbagai formasi hutan, namun hingga saat ini pemanfaatannya
belum optimal. Jumlah tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat baru
sekitar 1.000 hingga 1.200 jenis, dan yang digunakan secara rutin dalam industri
obat tradisional baru sekitar 300 jenis. Salah satu dari tumbuhan yang berkhasiat
obat ini adalah kembang bulan (Tithonia diversifolia).
Tumbuhan ini secara empiris telah lama digunakan oleh masyarakat di Asia
Selatan, Amerika Tengah, dan Afrika untuk mengobati beberapa macam penyakit.
Di Guatemala, Taiwan, Meksiko dan Nigeria ekstrak air panas tumbuhan ini
digunakan dalam pengobatan malaria. Daun kembang bulan sebagai antimalaria
secara in vivo terbukti aktif melawan P.berghei dengan nilai IC
sebesar 114
mg/kgBB.
Salah satu persyaratan yang diukur dalam uji keamanan adalah uji
toksisitas. Berdasarkan lama paparan dan dosis, diketahui ada tiga tingkatan uji
ketoksikan yaitu akut, sub akut, dan kronik.
Berlainan dengan percobaan toksisitas akut yang mengutamakan mencari
efek toksik, maksud utama toksisitas sub-akut adalah menguji keamanan obat.
Menafsirkan keamanan obat untuk manusia dapat dilakukan melalui serangkaian
percobaan toksisitas terhadap hewan.
50
Secara farmakokinetik, setiap obat yang masuk ke dalam tubuh mengalami
proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Hasil metabolisme
detoksifikasi hepar yang di eksresi melalui ginjal dapat mengakibatkan kerusakan
tubulus. Ginjal juga merupakan organ utama yang terkena efek toksisitas jika
tubuh terpapar zat toksik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obat bahan alam yang
dilihat dari perubahan kadar ureum dan kreatinin akibat pemberian ekstrak daun
kembang bulan secara in vivo. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah Quasy Experimental. Sampel yang digunakan adalah Tikus putih galur
wistar jantan dan betina. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16
mg/200grBB, 80 mg/200grBB, 160 mg/200grBB serta kontrolnya menggunakan
larutan Tween. Data yang diperoleh berupa kadar ureum dan kreatinin, kemudian
dianalisis dengan uji T-Test.
Hasil penelitian didapat nilai signifikan p untuk kadar ureum KI adalah
0,741 pada hari Ke-0, 0,975 pada hari ke-45, dan 0,554 pada hari ke-91. Nilai
signifikan p untuk kada ureum KII adalah 0,832 pada hari ke-0, 0,633 pada hari
ke-45, dan 0,765 pada hari ke-91. Nilai signifikan p untuk kadar ureum KIII 0,393
pada hari ke-0, 0,059 pada hari ke-45, dan 0,961 pada hari ke-91. Hasil uji tidak
mengalami perbedaan apabila nilai signifikan p > 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar ureum antara K0 dengan KI,
KII, dan KIII.
Hasil penelitian didapat nilai signifikan p untuk kadar kreatinin KI adalah
0,518 pada hari Ke-0, 0,092 pada hari ke-45, dan 0,530 pada hari ke-91. Nilai
signifikan p untuk kada ureum KII adalah 0,096 pada hari ke-0, 0,256 pada hari
ke-45, dan 0,558 pada hari ke-91. Nilai signifikan p untuk kadar ureum KIII 0,621
pada hari ke-0, 0,444 pada hari ke-45, dan 0,393 pada hari ke-91. Hasil uji tidak
mengalami perbedaan apabila nilai signifikan p > 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar kreatinin antara K0 dengan KI,
KII, dan KIII. | en_US |