Show simple item record

dc.contributor.authorFarida Dwi Irnawati
dc.date.accessioned2013-12-24T06:03:26Z
dc.date.available2013-12-24T06:03:26Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nimNIM102010101051
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12431
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara berkembang dimana permasalahan utama yang dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian besarnya adalah penyakit menular yang berbasis lingkungan (Wijaya, 2011). Mansyur et al. (2007) menyatakan skabies mempengaruhi semua jenis ras di dunia dan ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi dengan insiden tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Di Indonesia prevalensi skabies mencapai 6-27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2008) menunjukkan 50% pasien datang ke puskesmas dengan keluhan penyakit kulit didiagnosis skabies dan skabies menduduki peringkat pertama dari 5 penyakit tersering hingga mencapai angka 35% dari seluruh jumlah pasien yang berasal dari pondok pesantren. Salah satu obat topikal skabies yang mudah didapat dan cukup efektif di Indonesia adalah krim Permetrin 5%, namun terdapat kegagalan pengobatan yang disebabkan oleh faktor higiene perorangan yang kurang baik dan obat anti skabies yang digunakan secara inadekuat (Chandra, 2004). Maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah edukasi higiene perorangan dan skabies berpengaruh terhadap keberhasilan terapi skabies menggunakan Permetrin 5% di Pesantren Al-Hasan dan untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat higiene santri. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu (Quasi Experiment Design) dengan bentuk Non Equivalent Control Grup yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Hasan, desa Suci, Kabupaten jember. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2013. Populasi penelitian ini adalah santri yang menetap di Pondok Pesantren Al Hasan 1 dan Al Hasan 2. Sampel penelitian ini adalah santri vii di Pondok Pesantren tempat penelitian yang positif menderita penyakit skabies dan mendapat terapi krim Permetrin 5%. Sampel penelitian terpilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yaitu semua santri yang termasuk dalam kriteria inklusi sebesar 34 orang tiap kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Tiap responden diberi terapi krim Permetrin 5% dan diminta untuk mengisi kuesioner tentang higiene perorangan saat sebelum maupun setelah penelitian. Setelah 6 minggu dilihat keberhasilan terapi tiap kelompok dan dibandingkan hasilnya. Selain itu juga dianalisis apakah terdapat peningkatan higiene perorangan santri pada kelompok yang diberikan edukasi Berdasarkan penelitian ini edukasi higiene perorangan dan skabies meningkatkan keberhasilan terapi 7 kali dibandingkan dengan kelompok non edukasi. Edukasi higiene perorangan juga meningkatkan higiene santri di Pesantren Al-Hasan. viiien_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102010101051;
dc.subjectTERAPI SKABIESen_US
dc.titlePENGARUH EDUKASI HIGIENE PERORANGAN DAN SKABIES TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI SKABIES MENGGUNAKAN PERMETRIN 5% DI PESANTREN AL-HASANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record