PENGARUH EDUKASI HIGIENE PERORANGAN DAN SKABIES TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI SKABIES MENGGUNAKAN PERMETRIN 5% DI PESANTREN AL-HASAN
Abstract
Indonesia merupakan negara berkembang dimana permasalahan utama yang
dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian besarnya adalah
penyakit menular yang berbasis lingkungan (Wijaya, 2011). Mansyur et al. (2007)
menyatakan skabies mempengaruhi semua jenis ras di dunia dan ditemukan hampir
pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi
dengan insiden tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Di Indonesia
prevalensi skabies mencapai 6-27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada
anak-anak dan remaja. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2008)
menunjukkan 50% pasien datang ke puskesmas dengan keluhan penyakit kulit
didiagnosis skabies dan skabies menduduki peringkat pertama dari 5 penyakit
tersering hingga mencapai angka 35% dari seluruh jumlah pasien yang berasal dari
pondok pesantren.
Salah satu obat topikal skabies yang mudah didapat dan cukup efektif di
Indonesia adalah krim Permetrin 5%, namun terdapat kegagalan pengobatan yang
disebabkan oleh faktor higiene perorangan yang kurang baik dan obat anti skabies
yang digunakan secara inadekuat (Chandra, 2004). Maka dilakukan penelitian
untuk mengetahui apakah edukasi higiene perorangan dan skabies berpengaruh
terhadap keberhasilan terapi skabies menggunakan Permetrin 5% di Pesantren
Al-Hasan dan untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat higiene santri.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu (Quasi Experiment
Design) dengan bentuk Non Equivalent Control Grup yang dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Hasan, desa Suci, Kabupaten jember. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April – Juni 2013. Populasi penelitian ini adalah santri yang menetap di
Pondok Pesantren Al Hasan 1 dan Al Hasan 2. Sampel penelitian ini adalah santri
vii
di Pondok Pesantren tempat penelitian yang positif menderita penyakit skabies dan
mendapat terapi krim Permetrin 5%. Sampel penelitian terpilih sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
Jumlah sampel yaitu semua santri yang termasuk dalam kriteria inklusi
sebesar 34 orang tiap kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Tiap
responden diberi terapi krim Permetrin 5% dan diminta untuk mengisi kuesioner
tentang higiene perorangan saat sebelum maupun setelah penelitian. Setelah 6
minggu dilihat keberhasilan terapi tiap kelompok dan dibandingkan hasilnya. Selain
itu juga dianalisis apakah terdapat peningkatan higiene perorangan santri pada
kelompok yang diberikan edukasi
Berdasarkan penelitian ini edukasi higiene perorangan dan skabies
meningkatkan keberhasilan terapi 7 kali dibandingkan dengan kelompok non
edukasi. Edukasi higiene perorangan juga meningkatkan higiene santri di Pesantren
Al-Hasan.
viii
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]