Strategi Bertahan Hidup Pasca Erupsi Gunung Semeru: Studi Fenomenologi Petani Subsisten di Relokasi Sumbermujur
Abstract
Pasca kejadian erupsi Gunung Semeru tahun 2021, seluruh warga yang terdampak direlokasi ke Hunian Tetap (Huntap) yang lokasinya berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Pemerintah memberikan fasilitas rumah gratis untuk korban bencana, khususnya warga Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo. Desa Supiturang mengalami dampak terparah dari kejadian tersebut dan lokasinya dinyatakan menjadi kawasan zona merah pada peta kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Semeru. Desa Supiturang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Supiturang, Dusun Sumbersari, Dusun Gumukmas dan Dusun Curah Kobokan, namun untuk Dusun Supiturang tidak direlokasi karena lokasinya aman dan jauh dari aliran lava.
Potensi sumber daya di Desa Supiturang bergerak pada sektor pertanian, sehingga mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Namun sebagian besar petani di Desa Supiturang merupakan petani subsisten, mereka hanya memiliki lahan sempit dan biasa menanam komoditas tanaman pangan seperti padi dan jagung. Usaha tani yang mereka kerjakan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Pascabencana mereka harus kehilangan lahan pertaniannya dan pekerjaannya, sehingga mereka mengalami berbagai kendala terutama dalam persoalan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini disebabkan oleh minimnya lapangan pekerjaan, sehingga mereka sulit untuk mendapatkan penghasilan. Dari berbagai pengalaman yang pernah dilalui, kemudian petani melakukan berbagai strategi untuk bertahan hidup dalam situasi yang serba sulit.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam melakukan uji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu. Peneliti juga menggunakan analisis data Moustakas. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori mekanisme survival yang dikemukakan oleh James C. Scott. Alasan menggunakan teori ini adalah untuk membedah strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh petani subsisten pasca erupsi Gunung Semeru di relokasi Sumbermujur.
Hasil dari penelitian ini yaitu, dalam mengembangkan strategi bertahan hidup pasca bencana, petani menggunakan pola-pola dalam kehidupan sehari-hari. Strategi tersebut dilakukan agar mereka dapat bertahan hidup dalam situasi yang serba sulit. Strategi bertahan hidup yang mereka lakukan meliputi, yang pertama bertahan hidup dengan cara berhemat yaitu mengurangi pengeluaran pangan mereka dan mengganti makanan dengan mutu yang lebih rendah. Strategi yang kedua adalah mencari penghasilan tambahan sebagai alternatif subsisten, dengan mencari pekerjaan sampingan seperti, membuka usaha toko kelontong, bekerja menjadi buruh tani, buruh tukang, merantau, mencari pasir di besuk, mengaktifkan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian, dan menjual hewan ternak. Kemudian strategi yang ketiga adalah memanfaatkan jaringan sosial dalam mencari pekerjaan, memanfaatkan hubungan patron klien dalam mengerjakan usaha tani dan pekerjaan mencari pasir, memanfaatkan bantuan sosial dari lembaga dan meminjam uang kepada kerabat dan bank.