Eksploitasi Anak Perempuan di Filipina dalam Perspektif Feminisme Sosialis
Abstract
Eksploitasi anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang masih terjadi di berbagai wilayah, termasuk Filipina yang memiliki laporan kasus tertinggi kedua di Asia Tenggara. Banyak anak dari keluarga kurang mampu terjebak dalam berbagai bentuk eksploitasi, seperti bekerja di bar atau klub malam, menjadi buruh kasar, dan terlibat dalam perdagangan manusia. Upaya Pemerintah Filipina untuk menangani masalah ini, seperti pengesahan Undang-Undang perlindungan anak, pemberian sanksi bagi pelaku, dan dukungan melalui penyuluhan serta penyediaan lapangan kerja, belum mampu mengatasi masalah ini secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alasan mengapa eksploitasi anak, terutama anak perempuan masih terjadi di Filipina meskipun telah dilakukan berbagai upaya penanganan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan melakukan studi literatur. Data analisis menggunakan pendekatan Teori Feminisme Sosialis dari Juliet Mitchell, yang menjelaskan bahwa Kapitalisme menciptakan perbedaan kelas sosial yang mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, serta Patriarki yang mengakibatkan perempuan dan anak-anak dianggap sebagai objek seksual lebih lemah dan mudah di eksploitasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksploitasi anak, terutama anak perempuan di Filipina dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Pertama, Kapitalisme menciptakan perbedaan kelas sosial yang memaksa anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bekerja demi bertahan hidup. Kedua, Patriarki menyebabkan perempuan dan anak-anak dianggap lemah dan lebih mudah dieksploitasi, terutama dalam industri seksual. Serta adanya peran keluarga sebagai pendukung Kapitalisme dan Patriarki sering kali memaksa anak-anak untuk bekerja karena tekanan ekonomi. Selain faktor ekonomi, aspek budaya dan normatif juga memperkuat praktik eksploitasi anak, dengan budaya tradisional yang menganggap anak yang membantu perekonomian keluarga sebagai hal yang wajar dan bentuk penghormatan kepada orang tua. Penelitian ini menyimpulkan bahwa eksploitasi anak perempuan di Filipina masih berlangsung karena ketidaksetaraan kelas sosial yang diakibatkan oleh Kapitalisme, Patriarki, dan dukungan budaya yang menganggap eksploitasi sebagai norma sosial. Upaya penanganan yang lebih efektif diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh.