Hubungan Derajat Gangguan Pendengaran dengan Kualitas Hidup Siswa SLB Negeri Jember
Abstract
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, kelainan anatomi, trauma pada telinga dan kepala, obat-obatan ototoksik, dan meningitis bakterial. Orang dengan gangguan pendengaran dapat memiliki keterbatasan fisik, intelektual dan mental yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat gangguan pendengaran dengan kualitas hidup siswa tunarungu di SLB Negeri Jember. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan derajat gangguan pendengaran dengan kualitas hidup siswa tunarungu di SLB Negeri Jember. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan pemeriksaan audiometer dan survei angket. Penelitian ini menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life Inventory (PEDS-QLTM). Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Interpretasi hasil dianggap memiliki korelasi yang signifikan jika p value < 0,05. Hasil Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan Spearman's rank, hubungan antara derajat gangguan pendengaran dan fungsi fisik siswa gangguan pendengaran di SLB Negeri Jember menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,184. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan fungsi emosional diperoleh hasil sebesar 0,005. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan fungsi sosial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,561. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan keberfungsian sekolah menunjukkan nilai signifikansi 0,016. Hasil tersebut dianggap memiliki korelasi yang signifikan jika p value < 0,05. Kesimpulan variabel derajat gangguan pendengaran dengan fungsi fisik dan sosial pada siswa tunarungu di SLB Negeri Jember menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan.Gangguan pendengaran merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, kelainan anatomi, trauma pada telinga dan kepala, obat-obatan ototoksik, dan meningitis bakterial. Orang dengan gangguan pendengaran dapat memiliki keterbatasan fisik, intelektual dan mental yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat gangguan pendengaran dengan kualitas hidup siswa tunarungu di SLB Negeri Jember. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan derajat gangguan pendengaran dengan kualitas hidup siswa tunarungu di SLB Negeri Jember. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dilakukan pemeriksaan audiometer dan survei angket. Penelitian ini menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life Inventory (PEDS-QLTM). Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Interpretasi hasil dianggap memiliki korelasi yang signifikan jika p value < 0,05. Hasil Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan Spearman's rank, hubungan antara derajat gangguan pendengaran dan fungsi fisik siswa gangguan pendengaran di SLB Negeri Jember menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,184. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan fungsi emosional diperoleh hasil sebesar 0,005. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan fungsi sosial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,561. Hubungan derajat gangguan pendengaran dengan keberfungsian sekolah menunjukkan nilai signifikansi 0,016. Hasil tersebut dianggap memiliki korelasi yang signifikan jika p value < 0,05. Kesimpulan variabel derajat gangguan pendengaran dengan fungsi fisik dan sosial pada siswa tunarungu di SLB Negeri Jember menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]