Show simple item record

dc.contributor.authorSHALEHA, Fitri Nur
dc.date.accessioned2024-08-13T07:24:13Z
dc.date.available2024-08-13T07:24:13Z
dc.date.issued2023-12-21
dc.identifier.nim190110401025en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/123776
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik_Lina Tgl 13 Agustus 2024en_US
dc.description.abstractMedia yang paling objektif dalam usaha untuk memindahkan ide pokok menjadi sebuah realita yaitu film. Film pendek merupakan film yang berdurasi tidak panjang, tetapi dengan waktu yang tidak panjang, para sineas film harus lebih efektif mengungkap pesan yang akan disampaikan. Film pada umumnya mengangkat keresahan, fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan mengungkap suatu realita. Pengkarya membuat film pendek berjudul Ratih dari sebuah fenomena yang terjadi di budaya Samin yaitu persepsi masyarakat pedesaan terhadap pendidikan perempuan. Masyarakat desa masih banyak yang memandang remeh terhadap pendidikan perempuan. Bahkan, stigma negatif tentang pendidikan perempuan di desa seringkali membatasi akses mereka untuk bersekolah dan menghambat kemajuan. Film Ratih secara garis besar menceritakan tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi kaum perempuan yang dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Film ini akan mendobrak pentingnya memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk meraih pendidikan tinggi. Pengkarya menggunakan konsep continuity editing. Film Ratih berdurasi kurang dari 25 menit dengan genre drama, serta menggunakan bahasa Jawa khas Bojonegoro. Proses penciptaan film Ratih melalui empat tahapan, yaitu development, praproduksi, produksi, pascaproduksi. Proses pembuatan film Ratih diawali dari tahap development. Pada proses ini, pengkarya mulai membuat beberapa draf perencanaan dan ide cerita. Tahapan selanjutnya praproduksi, pengkarya bersama kru produksi melakukan beberapa hal seperti survey lokasi hingga testcam. Pada tahap produksi, pengkarya melakukan proses offline editing langsung yang dibantu oleh on location editor karena pada saat produksi pengkarya merangkap sebagai script continuity. Setelah melakukan proses produksi, dilanjutkan dengan proses pascaproduksi. Proses pascaproduksi pengkarya melakukan pengecekan kembali secara keseluruhan sebelum dilanjutkan dengan proses online editing. Setelah mendapatkan editing terbaik pengkarya dan kolaborator sepakat untuk picture lock. Pengkarya melanjutkan untuk mengekspor timeline ke dalam format sesuai kebutuhan proses online editing. Pengkarya menggunakan teknik continuity editing untuk mendukung gaya realisme pada film Ratih. Pengkarya menggunakan teknik continuity editing untuk memberikan kesan realisme pada cerita, sehingga seolah-olah penonton seperti berada di dalam film dan merasakan ketegangan setiap konflik dari tokoh-tokoh utama di film Ratih.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectCONTINUITY EDITINGen_US
dc.subjectFILM RATIHen_US
dc.titlePenerapan Continuity Editing dalam Film Ratihen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiProgram Studi Televisi dan Filmen_US
dc.identifier.pembimbing1Muhammad Zamroni, S.Sn., M.Snen_US
dc.identifier.pembimbing2Ni Luh Ayu Sukmawati, S.Pd., M.Humen_US
dc.identifier.validatorrevaen_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record