dc.contributor.author | ANDRIANI, Hilma | |
dc.date.accessioned | 2024-08-13T04:20:27Z | |
dc.date.available | 2024-08-13T04:20:27Z | |
dc.date.issued | 2024-01-08 | |
dc.identifier.nim | 201610101056 | en_US |
dc.identifier.uri | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/123762 | |
dc.description | Finalisasi repositori tanggal 13 Agustus 2024_Kurnadi_Rara | en_US |
dc.description.abstract | Angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi jamur akhir-akhir ini semakin meningkat dan menimbulkan permasalahan kesehatan secara global. Infeksi jamur umumnya disebabkan oleh Candida albicans dan dapat ditemukan di rongga mulut. Kandidiasis oral adalah infeksi oportunistik paling umum yang menyerang membran mukosa mulut. Pilihan obat antijamur terutama yang dapat diberikan secara sistemik masih sangat terbatas. Meskipun beberapa obat ini sangat efektif, terdapat efek samping yang merugikan. Terbatasnya pilihan obat antijamur tidak selaras dengan meningkatnya kebutuhan obat antijamur. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai terapi obat antijamur yang aman digunakan dalam jangka panjang perlu dilakukan. Terapi obat antijamur dapat menggunakan obat-obatan tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat antijamur adalah daun salam (Syzygium polyanthum). Daun salam (S. polyanthum) mengandung beberapa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antijamur, yaitu flavonoid, tanin, trepenoid, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekstrak daun salam (S. polyanthum) sebagai terapi kandidiasis oral secara in vivo pada tikus model kandidiasis oral. Cara yang digunakan adalah dengan mengamati jumlah koloni dengan menggunakan oral swab dari lidah tikus. Evaluasi dilakukan pada hari kelima setelah terapi menggunakan colony forming unit (CFU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (S. polyanthum) sebagai terapi khususnya pada kelompok perlakuan kedua mengalami peningkatan jumlah koloni. Meningkatnya jumlah koloni dapat terjadi karena kandungan ekstrak daun salam yang mengandung flavonoid. Flavonoid dalam ekstrak daun salam merupakan imunosupresan pada sistem imun tikus. Flavonoid menghambat IL-17A sebagai sitokin antijamur pada tikus sehingga tidak terjadi penurunan jumlah koloni. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun salam (S. polyanthum) tidak mampu menurunkan jumlah koloni hasil oral swab pada lidah tikus model kandidiasis oral pada hari kelima terapi. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Fakultas Kedokteran Gigi | en_US |
dc.subject | Tikus model kandidiasis oral | en_US |
dc.subject | Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) | en_US |
dc.subject | Koloni | en_US |
dc.title | Uji Efektivitas Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum) terhadap Penurunan Jumlah Koloni Candida Albicans pada Tikus Model Kandidiasis Oral | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
dc.identifier.prodi | Pendidikan Dokter Gigi | en_US |
dc.identifier.pembimbing1 | Dr.drg.Iin Eliana Triwahyuni M.Kes. | en_US |
dc.identifier.pembimbing2 | Dr.drg.Erna Sulistyani M.Kes. | en_US |
dc.identifier.validator | reva | en_US |