Hubungan Pola Asuh Pemberian Makan dan Tingkat Konsumsi dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagak Kabupaten Malang)
Abstract
Stunting adalah kondisi status gizi dengan panjang badan (PB/U) maupun tinggi badan (TB/U) menurut usia kurang dari minus dua standar deviasi (<-2 SD) median. Laporan Riskesdas 2018 menyajikan prevalensi stunting balita di Indonesia dan Jawa Timur adalah 30,8% dan 32,8%. Angka tersebut masih belum memenuhi batas menurut WHO <20%. Prevalensi stunting di Kabupaten Malang 10,9% pada tahun 2021 dengan Puskesmas Pagak menduduki prevalensi tertinggi yakni 39,3%. Stunting terjadi akibat 4 faktor, yakni faktor rumah tangga dan keluarga, konsumsi makanan tidak adekuat, praktik pemberian ASI yang salah, dan penyakit infeksi. Pola asuh merupakan salah satu faktor rumah tangga dan keluarga penyebab terjadinya stunting. Pola asuh pemberian makan merujuk pada praktik mengenai cara dan situasi makan yang diterapkan ibu kepada anak yang berdampak pada status gizi. Selain itu, konsumsi makan adekuat memungkinkan pertumbuhan yang optimal sehingga juga berdampak pada status gizi. Tingkat konsumsi diteliti untuk mengukur sejauh mana makanan yang dikonsumsi memenuhi kecukupan gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh pemberian makan dan tingkat konsumsi dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pagak Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan yakni analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober tahun 2022 dan responden penelitian adalah balita berusia 24-59 bulan di wilayah kerja Kecamatan Pagak Kabupaten Malang sebanyak 91 balita. Sampel diambil menggunakan teknik proportional random sampling dengan kriteria inklusi yakni balita terdata di Puskesmas Pagak Kabupaten Malang, dan ibu atau pengasuh utama bersedia menjadi responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari pola asuh pemberian makan dan tingkat konsumsi. Sedangkan variabel terikat terdiri dari kejadian stunting. Data primer dianalisis dengan menggunakan teknik analisis dengan uji statistic Rank Spearman dan Chi-sqaure yang tingkat kepercayaannya sebesar 95% (0,05). Hasil penelitian menyebutkan pola asuh pemberian makan balita di wilayah kerja Puskesmas Pagak Kabupaten Malang mayoritas adalah demokratis (68,13%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pola asuh pemberian makan ibu tergolong baik, hal ini dikarenakan pola asuh demokratis dikatakan sebagai pola asuh paling ideal yang mendukung konsumsi makan anak sehingga tidak mengakibatkan stunting. Sebagian besar tingkat konsumsi energi balita termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang (38,46%) dengan rata-rata konsumsi 1017,93 kkal dan protein dalam kategori normal (76,92%) dengan rata-rata konsumsi 20,6 gram. Sedangkan tingkat konsumsi zat besi balita dalam kategori kurang (51,65%) dengan rata-rata konsumsi 20,47 miligram, seng dalam kategori cukup (76,92%) dengan rata-rata konsumsi 3,10 miligram, dan kalsium dalam kategori kurang (52,75%) dengan rata-rata konsumsi 411,71 miligram. Berdasarkan status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U), diketahui bahwa mayoritas balita berstatus gizi normal sebanyak 76 balita (83,5%). Analisis bivariat Rank Spearman ditemukan terdapat hubungan pola asuh pemberian makan dengan kejadian stunting balita di wilayah kerja Puskesmas Pagak (p = 0,000 < α) dengan angka koefisien korelasi sebesar 0,552 atau tingkat kekuatan hubungan antara kedua variabel adalah kuat. Hasil uji statistik Chi Square juga menyebutkan bahwa tingkat konsumsi yang diketahui mempunyai hubungan dengan kejadian stunting yakni protein (p = 0,001 < α), zat besi (p = 0,034 < α), dan seng (p = 0,007 < α). Sedangkan tingkat konsumsi yang diketahui tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting yakni energi (p = 0,660 > α) dan kalsium (p = 0,143 > α). Ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan zat gizi lainnya memengaruhi status gizi balita. Balita yang kekurangan konsumsi gizi cenderung terhambat pertumbuhannya sehingga rentan terkena stunting. Balita membutuhkan energi, protein, kalsium, zat besi, zink dan vitamin untuk menjalani aktifitas fisik sehari-hari. Oleh karena itu, balita membutuhkan konsumsi yang adekuat. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan ibu dengan pola asuh jenis pengabaian lebih memerhatikan asuhan makan balita dan ibu dengan pola asuh permisif dapat mengurangi kecenderungan menuruti kemauan makan anak, serta diharapkan ibu meningkatkan konsumsi makan balita sesuai dengan kecukupan gizi harian yang dianjurkan terutama energi, zat besi dan kalsium agar status gizi balita normal.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2231]