Gambaran Histopatologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada Uji Toksisitas Akut Ekstrak Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.)
Abstract
Bawang merah (Allium cepa L.) ialah komoditi holtikultura terbesar kedua
di Indonesia setelah tomat. Bawang merah selain memiliki nilai ekonomis yang
tinggi juga memiliki potensi sebagai bahan baku obat yang sangat baik dan sering
digunakan sebagai obat penyembuh luka. Diketahui bawang merah mengandung
senyawa-senyawa berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Tidak hanya
bagian umbinya, bagian kulit bawang merah juga mengandung berbagai macam
metabolit sekunder seperti flavonoid yang dapat melindungi dari stres oksidatif.
Obat-obatan dengan bahan baku herbal maupun sintesis harus dipastikan
keamanannya sebelum digunakan, yaitu dengan melakukan uji toksisitas.
Pengamatan ada tidaknya toksisitas dapat dilihat secara makroskopis maupun
mikroskopis dengan melihat adanya perubahan pada organ hati. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan melihat adanya perubahan gambaran histopatologi hati
tikus putih yang diberikan ekstrak kulit bawang merah dosis tinggi.
Jenis penelitian yang digunakan ialah quasi experimental dengan rancangan
post test only control group design. Uji toksisitas akut menggunakan metode OECD
no. 420 fixed dose procedure dengan 3 tahap uji yaitu uji pendahuluan, uji utama,
dan uji batas. Penelitian ini menggunakan 11 ekor tikus wistar betina dan dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kontrol dan perlakuan. Satu ekor tikus digunakan untuk
uji pendahuluan dengan dosis 2000 mg/kgBB. Setelah dilakukan pengamatan
selama 14 hari, tikus tidak ditemukan adanya tanda toksisitas atau kematian,
sehingga pada uji pendahuluan dinaikkan dosisnya menjadi 5000 mg/kgBB pada
satu ekor tikus. Setelah dilakukan pengamatan selama 14 hari, tidak ditemukan
adanya tanda toksisitas atau kematian pada tikus, maka uji utama pada 9 ekor tikus
lainnya ditetapkan menggunakan dosis 5000 mg/kgBB. Kelompok kontrol
diberikan DMSO 3% secara oral pada 5 ekor tikus, sedangkan kelompok perlakuan
diberikan ekstrak kulit bawang merah dengan dosis 5000 mg/kgBB pada 4 ekor
tikus. Masing-masing dilakukan pengamatan selama 14 hari, kemudian hari ke-15
tikus diterminasi untuk diambil organ hati dan dilanjutkan dengan pembuatan
preparat histopatologi. Kemudian preparat histopatologi hati tikus diamati dengan
perbesaran 400x di 5 lapang pandang dan dilakukan skoring menggunakan kriteria
Manja Roenigk di setiap lapang pandang dengan perangkat lunak Image Raster 3.0
Hasil perhitungan skoring sel hati pada dua kelompok yaitu, kelompok
kontrol dan perlakuan selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan SPSS
Statistics 25. Pengamatan gambaran histopatologi hati dilakukan oleh 2 pengamat.
Kemudian hasil skoring diuji reliabilitasnya dengan uji Cronbach’s Alpha.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk dan uji
homogenitas menggunakan uji Levene A. Hasil uji normalitas dan homogenitas
didapatkan hasil tidak signifikan sehingga dapat dilanjutkan dengan uji Independent sample T test didapatkan hasil p=0,085 (p>0,05). Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan terhadap
gambaran histopatologi hati tikus dari 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol
pemberian DMSO single dose maupun kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak
kulit bawang merah dosis 5000 mg/kgBB.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]