Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru pada TN. S dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Ruang Tulip Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2023
Abstract
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Tulip RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2023, Wanti Rahayu, 202303101131; 57 halaman; Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Jember.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan organ tubuh lain, Bakteri tuberkulosis ini mudah terbawa udara ketika pasien tuberkulosis batuk, Bersin dan berbicara tanpa masker. Tuberkulosis jika tidak diobati dengan tuntas sepenuhnya dapat menulari orang lain menyebabkan kematian. Oleh karena itu penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia di Indonesia dan menimbulkan pertanyaan yang sangat kompleks baik dari segi medis, sosial, ekonomi dan budaya. TB menimbulkan sesak nafas kemudian ada meningkatnya produksi sputum pada sumbatan jalan nafas yang menyebabkan ventilasi dan perfusi dalam tubuh terganggu. Oleh karena itu menyebabkan terjadi sesak nafas pada pasien. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau sumbatan jalan napas yang diperlukan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap paten dikenal sebagai bersihan jalan napas tidak efektif. Penelitian ni bertujuan untuk mengesplorasi asuhan keperawatan tuberculosis paru pada Tn. S dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang Tulip RSUD dr.Haryoto Lumajang Tahun 2023.
Desain yang digunakan adalah laporan kasus pada Pasien Tn.S yang telah terdiagnosa Turberkulosis Paru di rekam medik pasienya. Data dikumpulakn melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Partisipan terdiri dari satu pasien yang memenuhi kriteria partisipan. Intervensi utama yang dilakukan untuk menangani masalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu manajemen jalan nafas adalah dengan monitor pola nafas, monitor bunyi nafas tamabahan (ronkhi), dan monitor sputum (sedikit, warna merah), dan untuk intervensi inovasinya menggunakan Teknik Active Cycle of Breathing Technique pasien Tn. S yang melakukan senam pernapasan akan mengalami sesak napas yang lebih menurun.
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. S didapatkan 80% tanda gejala mayor yaitu batuk tidak efektif, Sputum berlebih, terdapat suara nafas tambahan ronkhi disertai tabda dan gejala objektif frekuensi napas berubah (RR=25x/menit). Intervensi yang dilakukan adalah manajemen jalan napas dan intervensi batuk efektif dengan Active cycle of breathing technique untuk mengoordinasikan dan melatih pengembangan, pengempisan paru secara optimal, serta pengaliran udara daru paru menuju keluar saluran pernafasan secara maksimal. Ini juga berfungsi untuk membersihkan sekresi dan dapat membantu menjaga fungsi paru-paru. Luaran yang digunakan yaitu bersihan jalan nnapas dengan tujuan meningkat dengan 4 indikator.
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.S didapatkan 3 kriteria mayor dari 3 kriteria mayor yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih dan ada suara nafas tambahan ronkhi dan 1 minor yaitu frekuensi nafas berubah dimana 6 tanda dan gejala minor tidak terjadi pada pasien seperti dispnea, sulit bicara, oropnea, sianosis dan penurunan bunyi napas karena SPO2 pasien tidak dibawah 95%. Luaran yang digunakan terdapat 4 indikator sesuai dengan SLKI oleh penulis dapat tercapai 4 luaran dalam 3 hari perawatan. Intervensi yang direncanakan oleh penulis yaitu manajemen jalan napas dan batuk efektif dengan Active cycle of breathing technique dimana terdapat 7 observasi, 11 terapeutik, 6 edukasi, dan 1 kolaborasi. Berdasarkan intervensi tersebut terdapat 16 dari 25 intervensi yang dapat diimplementasikan karena menyesuaikan dengan kondisi pasien. 4 Indikator sesuai dengan SLKI pada pasien tujuan teratasi keseluruhan.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan intervensi manajemen jalan napas dan batuk efektif dengan Active cycle of breathing technique yang berfungsi untuk membersihkan sekresi dan dapat membantu menjaga fungsi paru-paru untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif. untuk hasil manajemen jalan napas bersihan jalan napas pada pasien batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun dan ronkhi menurun.