Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung pada NY. A dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas di Ruang Kenanga RSUD Dr. Haryoto Lumajang
Abstract
Gagal jantung adalah sebuah kondisi saat jantung tidak mampu memompa
darah ke seluruh tubuh dan menyebabkan kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi
tubuh terganggu. Gejala yang sering dialami oleh pasien gagal jantung adalah
keluhan lelah dan sesak napas dan mengakibatkan pasien sulit melakukan
aktivitas sehingga menimbulkan masalah keperawatan intoleransi aktivitas.
Intoleransi aktivitas yang tidak segera ditangani dapat memperburuk kondisi
kesehatan pasien gagal jantung. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah
mengeksplorasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas di Ruang Kenanga RSUD dr. Haryoto Lumajang
Tahun 2023.
Laporan tugas akhir ini menggunakan desain laporan kasus. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi terhadap satu orang pasien gagal jantung yang memenuhi kriteria
inklusi terhadap masalah keperawatan intoleransi aktivitas. Pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan di ruang Kenanga RSUD dr. Haryoto Lumajang
pada kurun waktu 16 Mei 2023 – 20 Mei 2023.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa partisipan atau pasien adalah Ny. A
berusia 26 tahun dengan 100% tanda dan gejala mayor yaitu mengeluh lelah, dan
frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat 80 bpm saat istirahat dan 98
bpm setelah melakukan aktivitas disertai 5 tanda dan gejala minor yaitu pasien
mengeluh sesak (RR= 24 x/menit), mengatakan tidak nyaman saat berakivitas
(duduk dan berbaring), tekanan darah pasien 90/70 mmHg saat istirahat dan
100/80 mmHg setelah beraktivitas, dan adanya EKG iskemia. Berdasarkan
batasan karakteristik tersebut pasien dapat diambil masalah keperawatan intoleransi aktivitas. Intervensi yang dilakukan mengacu pada SIKI yaitu
manajemen energy, dukungan ambulasi dengan latihan fisik rehabilitatif yang
ditargetkan hanya sampai pada stage 3 untuk meningkatkan toleransi aktivitas
pasien.
Implementasi dilaksanakan selama lima hari perawatan diantaranya
manajemen energy, dukungan ambulasi dan latihan fisik rehabilitatif. Tujuan yang
tercapai diantaranya adalah 7 dari 8 kriteria hasil yaitu frekuensi nadi 84 bpm
sebelum ambulasi, 88 bpm setelah ambulasi; keluhan lelah menurun; dyspnea saat
aktivitas menurun; dyspnea setelah aktivitas menurun; perasaan lemah menurun;
tekanan darah 118/80 mmHg sebelum ambulasi, 120/80 mmHg setelah ambulasi;
frekuensi napas 24 x/menit. Kriteria hasil yang belum tercapai adalah kemudahan
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, yang mana meskipun pasien
mengatakan sudah mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai keluhan
ataupun keluhan berkurang, namun pasien tidak sepenuhnya dapat melakukan
aktivitas seperti sebelum mengalami gangguan jantung. Pada penulis selanjutnya, diharapkan dapat menambah waktu pemberian
implementasi dan meningkatkan target sampai ke target stage ke-5 tentunya
dengan memperhatikan kondisi fisik akan kontraindikasi diberhentikannya latihan
serta melakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien sebelum, saat, dan sesudah
dilakukannya latihan. Bagi pasien dan keluarga, diharapkan dapat melakukan
latihan fisik, meskipun sudah tidak dirawat di rumah sakit, namun tetap
melakukan latihan fisik rehabilitatif secara bertahap di rumah sampai kemampuan
pasien maksimal dan tidak ada keluhan pada nadi dan pernapasan.