Gambaran Pengelolaan Sampah Kelimpahan dan Karakterisasi Mikroplastik pada Ikan Pelagis dan Demersal di Pesisir (Studi di Pelabuhan Perikanan Pantai Puger Jember)
Abstract
Eksistensi sampah di lingkungan pesisir, perairan dan laut telah menjadi
isu global bagi masyarakat. Salah satu jenis sampah perairan (marine debris) yang
sering ditemukan adalah sampah plastik. Tingginya aktivitas penduduk di
pemukiman daerah pesisir menjadi salah satu penyebab kenaikan jumlah sampah
plastik di laut. Sampah plastik kemudian akan mengalami penguraian menjadi
partikel berukuran lebih halus, yakni mikroplastik. Hasil tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Puger didominasi oleh ikan dari golongan pelagis dan demersal
seperti ikan lemuru, layang bonggol, manglah dan kuniran yang rentan menelan
partikel mikroplastik. Kerentanan kontaminasi pangan oleh mikroplastik
diperparah oleh polusi plastik sebagai dampak dari praktik penanganan sampah
yang tidak tepat. Kontaminasi mikroplastik dapat menimbulkan kekhawatiran
beragam yang mencakup keamanan pangan (food security), dampak kesehatan
manusia dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan sampah rumah
tangga di pesisir, kelimpahan serta kandungan partikel mikroplastik pada ikan
jenis pelagis dan demersal di PPP Puger Kabupaten Jember. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi
diambil data Kepala Keluarga (KK) dari dua dusun, yaitu Dusun Mandaran Dua
Desa Puger Kulon dan Dusun Mandaran di Desa Puger Wetan sebanyak 30 KK.
Populasi jenis ikan mengacu pada hasil penelitian oleh Triyawan (2012) mengenai
inventarisasi jenis ikan hasil tangkapan nelayan di PPP Puger yaitu dua jenis ikan
pelagis dan dua jenis ikan demersal yang paling banyak di tangkap. Penelitian ini
menggunakan metode survei melalui pengambilan sampel warga sekitar secara langsung yakni accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ikan pelagis dan
demersal menggunakan teknik purposive sampling. Variabel berfokus pada
gambaran pengelolaan sampah warga pesisir, kelimpahan mikroplastik, dan
karakteristik mikroplastik. Pengujian dilakukan di Laboratorium Ecoton Dusun
Krajan Desa Wringinanom RT 01 RW 05 Kecamatan Wringinanom Kabupaten
Gresik. Data dianalisisi dengan metode text descriptive analysis dan disajikan
dalam bentuk tabel serta gambar yang kemudian dielaborasi dengan narasi.
Masyarakat di Dusun Mandaran dan Dusun Mandaran Dua sebesar 96,7%
tidak melakukan pemilahan sampah yang baik. Keranjang plastik paling banyak
digunakan sebagai wadah disusul oleh kantong plastik, bak plastik, dan karung.
Letak pewadahan sampah paling banyak berada di halama rumah yakni 33,3%, di
dalam pagar 30%, di belakang rumah 23,4%, dan di luar pagar 13,3%. Mayoritas
warga sebesar 50% langsung membuang sampah ke laut, 23,3% ke tempat
sampah komunal milik PPP Puger, 23,4% langung membuang sampah ke badan
sungai, dan 3,3% melakukan open dumping. Ikan jenis pelagis memiliki
kepadatan mikroplastik tertinggi dengan rata-rata 12 partikel/ekor dan ikan jenis
demersal dengan rata-rata 6 partikel/ekor. Ukuran partikel mikroplastik memiliki
range antara 0,537-3,908. Bentuk filamen mendominasi hasil dengan persentase
55,55%, fiber dengan persentase 30,55%, dan fragmen sebanyak 13,88%. Partikel
mikroplastik warna biru ditemukan pada keseluruhan sampel sebanyak 22
partikel, 6 partikel warna transparan, 3 partikel warna hitam, 3 partikel warna abuabu, 2 partikel warna merah, dan 1 partikel warna ungu.
Pemerintah Desa disarankan untuk melakukan kegiatan sosialisasi dan
pelatihan pada warga Desa Puger Kulon dan Puger Wetan terkait pemilahan
sampah sesuai jenisnya, menjalin kerja sama terkait pengadaan tempat pewadahan
sampah berdasarkan jenis sampah, menyediakan TPS terpadu untuk pengumpulan
sampah, serta membentuk regulasi pembuangan sampah secara sembarangan
berikut dengan sanksinya. Masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam sosialisasi
serta pelatihan oleh pemerintah desa terkait penanganan sampah sesuai ketentuan
yang berlaku, menerapkan praktik pemilahan sampah yang efektif dengan
menyediakan wadah khusus untuk sesuai dengan jenisnya, melakukan mitiga polusi plastik dengan tidak membuang limbah secara langsung ke badan air
maupun laut khususnya sampah plastik kemasan, nelayan tidak membuang
peralatan melaut (fishing gear) sembarangan, serta ikut serta dalam meningkatkan
kesadaran terkait keamanan pangan (food security). Bagi Peneliti Selanjutnya
disarankan untuk melakukan riset lebih lanjut mengenai urgensi rekomendasi
pengadaan pembangunan TPS serta keberadaan partikel berukuran lebih kecil
(nanoplastik) terhadap keamanan pangan hasil laut.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2231]