Perubahan Hubungan Perdagangan Internasional Inggris dengan Uni Eropa Pasca British Exit (BREXIT)
Abstract
Inggris adalah salah satu negara di Uni Eropa dengan pendapatan nasional
terbesar dan tingkat aset tertinggi. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa sejak
tahun 1986 hingga tahun 2010, perdagangan Inggris dengan anggota Uni Eropa
masih bernilai lebih tinggi daripada perdagangannya dengan negara-negara nonUni Eropa. Keinginan warga negara Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tidak
terpengaruh oleh kerja sama ekonomi yang substansial antara Inggris dan Uni Eropa
atau keuntungan yang diberikannya kepada rakyat Inggris. Salah satu alasan Inggris
ingin meninggalkan kawasan Uni Eropa adalah beban ekonomi dan sosial yang
ditimbulkan oleh partisipasi Inggris dalam inisiatif integrasi regional. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisa perubahan hubungan perdagangan
internasional Inggris dengan Uni Eropa setelah Inggris resmi Brexit, karena setelah
Inggris resmi meninggalkan kawasan Uni Eropa tentunya akan ada perubahan
hubungan dan aturan baru diantara keduanya.
Penelitian ini menggunakan perdagangan internasional sebagai kerangka
teori dan hambatan perdagangan (Trade Barrier) sebagai kerangka konseptual
dalam menganalis penulisan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dan data dikumpulkan melalui berbagai sumber tertulis seperti buku, jurnal,
dokumen negara, laporan, portal berita dan lain sebagainya, untuk selanjutnya
memasuki tahap-tahap analisis yang diperlukan.
Hasil dari penelitian ini yaitu setelah Inggris resmi keluar dari keanggotaan
Uni Eropa atau Brexit, terjadi perubahan hubungan perdagangan internasional
diantara Inggris dengan Uni Eropa. Perubahan hubungan perdagangan Inggris
dengan Uni Eropa meliputi pasar bebas dan pergerakan bebas orang yang awalnya
Inggris memiliki hak dalam pasar bebas dan pergerakan bebas orang di kawasan
Uni Eropa tetapi setelah Inggris memutuskan Brexit, hak pasar bebas dan pergerakan bebas orang tidak sebebas saat Inggris masih menjadi bagian dari Uni
Eropa. Meskipun Inggris dan Uni Eropa memberlakukan TCA yang diperkirakan
membantu Inggris dan Uni Eropa dalam bidang perdagangan, tetapi inflasi dan
penurunan mata uang pounsterling tidak bisa terhindarkan karena ekspor meningkat
tetapi impor naik lebih tajam menyebabkan nilai mata uang pounsterling berada
dibawah tekanan.