Konversi Lahan di Perkebunan Kendenglembu Kecamatan Glenmore Banyuwangi Tahun 2013-2020
Abstract
Skripsi ini tentang konversi lahan Perkebunan Kendenglembu, Desa Karangharjo,
Glenmore-Banyuwangi tahun 2013-2020. Permasalahan dalam skripsi ini yaitu
(1) alasan Perkebunan Kendenglembu melakukan konversi lahan dari tanaman
kakao dan karet ke tanaman tebu (2) proses terjadinya konversi lahan (3) dampak
konversi lahan bagi tenaga kerja lepas. Metode yang digunakan, metode sejarah
oleh Louis Gottschalk yang meliputi empat tahapan yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah sosiologi
ekonomi, dengan teori ekonomi oleh Marshall, yaitu ilmu yang mempelajari usaha
individu dalam ikatan pekerjaan di kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini
menunjukkan, tahun 2013 Perkebunan Kendenglembu melakukan konversi lahan
ke tebu berdasarkan kebijakan dari PTPN XII berkaitan dengan berdirinya
Industri Gula Glenmore. Sebelum adanya konversi lahan, tenaga kerja lepas
memiliki keterampilan pada tanaman karet dan kakao yang menjadi komoditi
utama. Tenaga kerja terbagi menjadi tenaga kerja tetap dan lepas. Tenaga kerja
tetap mayoritas diduduki oleh seorang asisten, dan mandor dengan upah bulanan.
Tenaga kerja lepas mayoritas menjadi petani kebun dengan upah harian. Pasca
adanya konversi lahan, menimbulkan dampak bagi pekerja lepas, pasalnya
tanaman tebu perawatannya tidak setiap hari dilakukan seperti halnya kakao dan
karet. Kurangnya pengalaman tenaga kerja lepas saat pemanenan tebu, membuat
pihak perkebunan lebih banyak mendatangkan tenaga kerja dari Jember dan
Bondowoso. Lapangan kerja bagi pekerja lepas menjadi terbatas, sedangkan
penghasilan didapatkan apabila tersedianya pekerjaan. Berkurangnya penghasilan
yang didapatkan, mengarah pada rendahnya pendidikan yang ditempuh anak-anak
pekerja lepas. Akibatnya muncul pekerjaan baru, seperti menjadi TKI di luar kota,
sopir taxi, menjadikan peternakan yang semula menjadi pekerjaan sampingan kini
lebih diutamakan.