Identifikasi Frekuensi dan Intensitas Bunyi Alat Musik Kendang Kempul Banyuwangi sebagai Rancangan Bahan Ajar Fisika
Abstract
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman budaya
dan adat istiadat. Saat ini masyarakat hidup di zaman modern yang mulai
mengalami pergeseran kebudayaan akibat adanya arus globalisasi. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengaitkannya dalam pembelajaran. Musik
Kendang Kempul adalah musik etnik Banyuwangi yang berkaitan dengan besaran
gelombang bunyi, seperti frekuensi dan intensitas bunyi. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengidentifikasi frekuensi dan intensitas bunyi pada alat musik Kendang
Kempul Banyuwangi serta eksistensinya yang nantinya dapat diintegrasikan dalam
rancangan bahan ajar fisika. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif
etnografi dengan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data bunyi
didapat dari hasil software WavePad Sound Editor. Semua data yang telah
terkumpul dianalisis menggunakan analisis data dengan empat tahapan yaitu data
collection, reduction, display, dan conclusion drawing/verification.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi bunyi
alat musik kendang pada diameter kecil memiliki frekuensi lebih tinggi
dibandingkan dengan diameter besar. Hal tersebut dikarenakan ukuran medium
perambatan mempengaruhi frekuensi yang ada. Selain itu sesuai dengan Hukum
Mersenne menjelaskan bahwa frekuensi berbanding terbalik dengan panjang senar,
luas permukaan senar, dan kuadrat akar massa jenis senar. Pada titik pukul pinggir,
frekuensi yang dihasilkan lebih rendah dikarenakan posisi yang dipukul terikat
dengan rotan (semandung), sedangkan pada titik pukul tengah tidak terikat
langsung dengan semandung dan berkaitan langsung dengan rongga udara sehingga
terjadi resonansi bunyi. Kendang dengan tali kendur memiliki frekuensi yang lebih rendah daripada dengan tali kencang. Tingkat kekencangan tali pada alat musik
kendang dapat mempengaruhi frekuensi bunyi yang dihasilkan. Hal ini berkaitan
dengan Hukum Melde. Sedangkan pada alat musik kempul frekuensi pada jenis
kempul lanangan lebih rendah daripada wadonan. Hal tersebut dikarenakan adanya
perbedaan dalam teknik laras nada. Bagian dada kempul wadonan dipukul lebih
dalam, sehingga gaya tegang pada kempul wadonan lebih besar daripada lanangan.
Semakin besar gaya tegang maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin besar.
Frekuensi bunyi dengan titik pukul tengah atau kepala kempul lebih tinggi daripada
pinggir atau dada kempul. Hal tersebut dikarenakan pada titik pukul tengah terdapat
udara yang terjebak sehingga mudah mengalami terjadinya resonansi bunyi.
Terdapat perbedaan intensitas bunyi alat musik kendang dan kempul pada variasi
jarak perekaman yang digunakan. Semakin jauh jarak pendengar terhadap sumber
bunyi maka semakin lemah bunyi yang dihasilkan. Eksistensi musik Kendang
Kempul masih dipertahankan oleh masyarakat Osing Banyuwangi. Terdapat
ekstrakurikuler panjak atau tabuhan di sekolah yang memainkan alat musik
kendang dan kempul di dalamnya. Hasil identifikasi frekuensi dan intensitas bunyi
serta eksistensi dari alat musik Kendang Kempul Banyuwangi dapat diintegrasikan
dalam rancangan bahan ajar berupa buku suplemen yang meliputi bagian sampul,
pendahuluan, inti dan penutup.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian terkait alat musik Kendang
Kempul Banyuwangi yaitu pada konsep besaran gelombang bunyi menunjukkan
bahwa, besar frekuensi bunyi kendang pada diameter berbeda, titik pukul berbeda,
serta tingkat kekencangan tali akan menghasilkan frekuensi yang berbeda pula.
Frekuensi bunyi kempul pada jenis kempul dan titik pukul berbeda, maka akan
menghasilkan frekuensi yang berbeda pula. Intensitas bunyi pada kendang dan
kempul berbanding terbalik dengan jarak pendengar dari sumber bunyi. Eksistensi
musik Kendang Kempul masih dipertahankan oleh masyarakat Osing Banyuwangi.
Kajian terkait identifikasi frekuensi dan intensitas bunyi alat musik Kendang
Kempul Banyuwangi dapat diintegrasikan dalam bentuk rancangan bahan ajar
berupa buku suplemen.