Analisis Jumlah Mikroglia pada Otak Tikus Wistar Pascainjeksi Protein Rekombinan CIDRα1-PfEMP1
Abstract
Malaria masih menjadi masalah kesehatan global meski upaya untuk
mengeliminasi penyakit ini terus-menerus dilakukan. Menurut World Health
Organization (WHO), pada tahun 2020 diperkirakan terdapat 241 juta kasus
malaria yang dilaporkan setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 8,9
kematian akibat malaria per 100.000 penduduk berisiko. Malaria serebral
merupakan komplikasi malaria yang mematikan dan dapat terjadi pada anak-anak
atau orang dewasa terutama pada area dengan tingkat endemisitas yang rendah. P.
falciparum yang merupakan penyebab tersering dari malaria berat memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan Variant Surface Antigen (VSA) seperti
Plasmodium falciparum Erythrocyte Membrane Protein 1 (PfEMP1) sebagai
mekanisme pertahanan dalam menghindari eliminasi oleh sistem imun. Domain
Cystein-rich Interdomain Region α 1 (CIDRα1) pada struktur kepala PfEMP1
merupakan kandidat vaksin yang potensial. Uji imunogenitas protein rekominan
CIDRα1-PfEMP1 menunjukkan adanya respon imun yang ditandai dengan
peningkatan kadar IgG, IgM, dan persentase leukosit. Meski demikian, ekspresi
CIDRα1 termasuk salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya malaria
berat terutama malaria serebal karena interaksinya dengan Endothelial Protein C
Receptor (EPCR). Interaksi tersebut kemudian menyebabkan menurunnya
integritas Blood Brain Barrier (BBB) sehingga terjadi neuroinflamasi.
Mikroglia sebagai sel pertahanan lini pertama sistem saraf pusat akan
mengalami perubahan ketika terjadi suatu proses patologi di otak, sehingga dapat
digunakan sebagai parameter adanya kelainan pada jaringan otak. Penelitian
mengenai peran mikroglia otak pada patogenesis malaria serebral telah banyak
dilakukan, tetapi belum ada penelitian yang mengevaluasi respon mikroglia otak
pada pemberian protein rekombinan CIDRα1-PfEMP1. Maka dari itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian protein rekombinan CIDRα1-
PfEMP1 pada jaringan otak melalui perbedaan jumlah sel mikroglia untuk
mengetahui keamanan protein ini sebagai salah satu kandidat vaksin malaria.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post
test only control group. Sebanyak 12 hewan coba dibagi dalam dalam kelompok
kontrol dan perlakuan. Protein rekombinan CIDRα1-PfEMP1 yang telah
dikonfirmasi menggunakan metode Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel
Electrophoresis (SDS-PAGE) dikombinasikan dengan adjuvant dan diinjeksikan
pada hewan coba dengan dosis 150 µg sebanyak 3 kali dengan interval 3 minggu.
Hewan coba dieuthanasia pada hari ke 56 dan jaringan otak diambil untuk dibuat
preparat histologi menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Pengamatan
jumlah mikroglia dilakukan dengan bantuan software Fiji ImageJ. Analisis data
untuk mengetahui perbandingan rata-rata jumlah mikroglia antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan uji independent T-test. Hasil penelitian ini menunjukkan band protein rekombinan CIDRα1-
PfEMP1 berukuran ~27 kDa. Analisis jumlah mikroglia pada korteks serebri otak
tikus pasca injeksi protein rekombinan CIDRα1-PfEMP1 menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol (p=0,15). Hal ini mengindikasikan bahwa protein
rekombinan CIDRα1-PfEMP1 yang diinjeksikan tidak memicu terjadinya patologi
pada jaringan otak terutama karena tidak mempengaruhi perubahan jumlah
mikroglia. Hal ini semakin memperkuat potensi protein rekombinan CIDRα1-
PfEMP1 sebagai kandidat vaksin malaria berbasis peptida.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]