Evaluasi Pelayanan Antibiotik Tanpa Resep di Apotek Kabupaten Jember dengan Metode Kuesioner
Abstract
Penelitian ini merespon permasalahan meningkatnya angka resistensi
antibiotik setiap tahun, dengan fokus pada tingginya praktik pelayanan antibiotik di
apotek Kabupaten Jember, sebagaimana telah diteliti sebelumnya. Penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi pengetahuan petugas apotek, menggambarkan
praktik pelayanan antibiotik tanpa resep, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mendorong praktik tersebut.
Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data menggunakan
instrumen kuesioner yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitas.
Kuesioner terdiri dari empat bagian, yakni bagian identitas, bagian pengetahuan
bagian praktik pelayanan, dan bagian faktor pendorong praktik pelayanan antibiotik
tanpa resep. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus hingga Desember 2023, dengan
jumlah sampel terkumpul sebanyak 56 apotek dan 112 responden, yang merupakan
petugas apotek yang bekerja di apotek Kabupaten Jember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan petugas
apotek di Kabupaten Jember mencapai 6,6, menandakan tingkat pemahaman yang
baik terkait antibiotik. Pada praktik pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak
84,8% responden mengakui pernah melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep.
Faktor utama yang mendorong praktik ini adalah keyakinan petugas apotek bahwa
pasien membutuhkan antibiotik berdasarkan keluhan yang dialami Antibiotik yang
sering dilayani tanpa resep adalah amoxicillin. Pada praktik penggalian informasi
mengenai pelayanan antibiotik tanpa resep, hampir 98% dari responden mengakui
bahwa mereka telah melakukannya, sementara hanya sekitar 2% yang menyatakan
tidak pernah mencari informasi. Pertanyaan yang paling umum diajukan selama
pencarian informasi adalah terkait gejala yang muncul dan durasi gejala. Sedangkan
pada praktik memberikan KIE mengenai pelayanan antibiotik tanpa resep
menunjukkan bahwa sekitar 97% responden pernah memberikan informasi ini,
sementara sekitar 3% menyatakan tidak pernah melakukannya. Jenis informasi
yang sering disampaikan dalam praktik pemberian KIE melibatkan petunjuk cara
minum obat dan durasi penggunaan obat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah perlunya
intervensi yang lebih lanjut untuk memperbaiki praktik pelayanan antibiotik tanpa
resep. Meskipun faktor keyakinan petugas apotek terhadap pemahaman pasien
tentang antibiotik dan kebutuhan sebenarnya mungkin memiliki dasar, perlu
dilakukan langkah-langkah edukatif dan regulatif yang lebih kuat. Ini dapat
mencakup pelatihan lebih lanjut untuk petugas apotek, peningkatan kesadaran
masyarakat tentang resistensi antibiotik, dan penguatan regulasi terkait pelayanan
antibiotik. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam
pemahaman tentang praktik pelayanan antibiotik di apotek Kabupaten Jember.
Upaya yang terkoordinasi antara pemerintah, apoteker, dan masyarakat perlu
dilakukan untuk mengurangi praktik pelayanan antibiotik tanpa resep yang dapat
berkontribusi pada mitigasi resistensi antibiotik yang semakin meningkat.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]