dc.description.abstract | Kacang hijau (Vigna radiata L.) adalah tanaman yang tergolong dalam suku
leguminosae (kacang-kacangan). Kacang hijau menduduki urutan ketiga setelah
kedelai dan kacang tanah sebagai tanaman kacang-kacangan yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kebutuhan kacang hijau di Indonesia pada tahun 2018
mencapai 350.000 ton, hal ini tidak sebanding dengan ketersediaan kacang hijau
nasional sebesar 234,718 ton. Kebutuhan kacang hijau yang belum dapat terpenuhi
tersebut disebabkan oleh rendahnya produksi dan nilai produktivitas kacang hijau.
Rata-rata produktivitas kacang hijau nasional pada tahun 2015-2018 tergolong
rendah yaitu sebesar 1,167 ton/ha, sedangkan untuk potensi hasil kacang hijau
varietas-varietas unggul yang baik yaitu 2,32 ton/ha. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi rendahnya produksi kacang hijau diantaranya yaitu kesuburan tanah
yang menurun dan teknik budidaya yang kurang tepat. Maka dari itu perlu
dilakukan perbaikan teknik budidaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang hijau.
PGPR merupakan agen hayati yang berada di sekitar perakaran tanaman
(rhizosfer) dan tergolong sebagai mikroba yang berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Aktivitas PGPR memiliki
pengaruh yang positif bagi tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung, PGPR berperan dalam memobilisasi penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Selain itu juga berperan dalam fiksasi nitrogen bebas menjadi amonia
yang dapat diserap oleh tanaman karena mengandung bakteri Rhizobium sp.
Sedangkan secara tidak langsung, peran PGPR yaitu menghasilkan senyawa
antibiotik yang dapat mengurangi aktivitas patogen yang merugikan tanaman.
Komposisi media tanam mempengaruhi sifat fisik tanah yang mencakup struktur,
tekstur, porositas, volume dan jumlah bahan organik yang terkandung di dalamnya.
Penggunaan media tanam berupa tanah yang memiliki sifat fisik kurang baik seperti
tanah yang mengalami pemadatan belum mencukupi dan mendukung pertumbuhan
serta perkembangan tanaman karena menyebabkan sistem perakaran tidak
berkembang dengan baik sehingga penyerapan air dan unsur hara tidak maksimal.
Penambahan bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah yang padat menjadi
lebih gembur.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan RAK (Rancangan Acak
Kelompok) dengan 2 faktor, 3 kali ulangan dan terdapat 16 kombinasi perlakuan
dengan total 48 unit percobaan. Faktor pertama adalah konsentrasi PGPR (P)
dengan 4 taraf yaitu tanpa PGPR (P0), konsentrasi 5 ml/liter (P1), konsentrasi 10
ml/l (P2), konsentrasi 15 ml/liter (P3), sedangkan faktor kedua adalah komposisi
media tanam dengan 4 taraf yaitu 100% tanah (M0), tanah 75% : kompos 25%
(M1), tanah 50% : kompos 50% (M2), dan tanah 25% : kompos 75% (M3).
Parameter pertumbuhan dan hasil tanaman yang diamati antara lain yaitu tinggi
tanaman, indeks klorofil daun, kerapatan stomata, berat segar akar, berat segar
tajuk, berat segar total, berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering total,
jumlah polong, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan potensi produksi. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan
apabila pengaruhnya berbeda nyata (F-hit > F-Tabel) dilakukan uji lanjut DMRT
(Duncan Multiple Range Test) dengan taraf α = 5%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa interaksi perlakuan
konsentrasi PGPR 15 ml/liter dan komposisi media tanam tanah 75% : kompos 25%
(P3M1) memberikan pengaruh terbaik pada variabel tinggi tanaman, berat kering
tajuk, berat kering total dan bobot 100 biji. Faktor tunggal perlakuan konsentrasi
PGPR 15 ml/liter memberikan pengaruh terbaik pada variabel pengamatan tinggi
tanaman, berat kering akar, berat kering tajuk, berat kering total dan bobot 100 biji.
Faktor tunggal perlakuan komposisi media tanam tanah 75% : kompos 25%
memberikan pengaruh terbaik pada variabel pengamatan tinggi tanaman, indeks
klorofil daun, kerapatan stomata, berat kering tajuk, berat kering total, jumlah
polong, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan potensi produksi | en_US |