RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP PERLAKUAN DOSIS BATUAN FOSFAT DEPOSIT CIAMIS, CILEUNGSI, TUBAN DAN PAMEKASAN PADA OXISOL
Abstract
Oxisol adalah tanah yang telah mengalami pencucian yang intensif dan
kandungan hara rendah, tinggi kandungan Oksida Al dan Fe. Persoalan utama
pada tanah ini adalah kekahatan unsur hara P. Upaya mengatasi rendahnya Ptersedia
dengan
pemupukan
P
anorganik
ternyata
tidak
efisien
dan
bahkan
terlalu
mahal
sehingga perlu cara lain seperti memanfaatkan batuan fosfat yang banyak
terdapat pada beberapa deposit. Penggunaan batuan fosfat dari alam diharapkan
dapat menurunkan kebergantungan pada pupuk fosfat kimia. Perlakuan dosis yang
berbeda dapat memberikan pengaruh, sehingga nantinya akan meningkatkan hasil
tanaman jagung.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Oktober
2010. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah kaca (Green
House) Agrotecnopark dan laboratorium Kesuburan Tanah Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Perlakuan yang digunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial 4 x 4 (dua faktor) 3 kali
ulangan yang terdiri atas: faktor (A) 4 Asal deposit yang terdiri dari: Ciamis (C),
Cileungsi (L), Tuban (T), Pamekasan (P) dan faktor (B) dosis batuan fosfat yang
terdiri dari: 0 kg/ ha (0), 100 kg/ ha (100), 200 kg/ ha (200), 300 kg/ ha (300).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis dari deposit yang
berbeda memberikan respon yang berbeda pada tanaman jagung. Penurunan pH
(30 hst) menunjukkan berbeda nyata pada dosis 300 kg/ ha (deposit Ciamis,
deposit Tuban dan deposit Pamekasan. Perubahan pH memberikan pengaruh
terhadap ketersedian P dalam tanah. Dosis 300 kg/ ha menunjukkan berbeda
sangat nyata pada deposit Tuban dan dosis 300 kg/ ha dan deposit Pamekasan
menunjukkan hasil paling kecil menyediakan P pada (30hst). Dosis 0 kg/ ha, 100
kg/ ha, 200 kg/ ha dan dosis 300 kg/ ha sangat nampak kenaikan jumlah P yang
diserap oleh tanaman. Dosis 300 kg/ ha menunjukkan hasil berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pemberian dosis dengan perlakuan 300 kg/ ha berpengaruh terhadap
penyediaan P untuk tanaman. Perlakuan dosis 300 kg/ ha juga menunjukkan hasil
yang lebih optimal pada tinggi tanaman, berat basah dan berat kering tanaman
jagung. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 300 kg/ ha paling optimal. Serapan hara
P yang tinggi membantu bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peran
penting bagi perkembangan jaringan meristem. Ketersediaan P yang tinggi dalam
larutan tanah akibat dari pemupukan P memungkinkan penyerapan hara yang tinggi
oleh tanaman sehingga biomassa kering semakin besar.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4325]