Representasi Feminisme Tokoh Lady Diana dalam Film Wonder Woman 1984 (2020)
Abstract
Film adalah produk media massa yang populer digunakan masyarakat pada
zaman sekarang untuk menyampaikan sebuah ide atau gagasan. Cerita dalam film
dikemas sedemikian rupa sehingga makna yang terkandung dapat dipahami oleh
penonton. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, lantas diproyeksikan ke atas layar. Film Wonder Woman 1984
menceritakan tentang perjalanan Lady Diana atau Wonder Woman yang terlibat
dalam memerangi kejahatan. Diana merupakan sosok perempuan tangguh dan
mempunyai kekuatan melampaui laki-laki. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
penggambaran feminisme melalui mise-en-scene yang terdapat pada tokoh Lady
Diana.
Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
dengan menggunakan mise-en-scene sebagai teori dan feminisme sebagai subjek
dengan objek film Wonder Woman 1984. Pembahasan penelitian ini menggunakan
feminisme liberal pada abad ke- 18 dengan tokoh Marry Wallstonecraft dan abad
ke-19 John Stuart Mill dan Harriet Taylor yang tercermin pada setting, lighting,
acting, makeup dan tata rias pada tokoh Lady Diana. Tokoh Lady Diana dalam film
Wonder Woman 1984 dianalisa menggunakan mise-en-scene (setting, lighting,
makeup, acting). Dibarengi dengan teori representasi stuart hall dan feminisme,
Akan menguraikan proses pembentukan dan pertukaran makna dalam setiap adegan
menggunakan pendekatan konstruktif diskursif. Pendekatan konstruktif diskursif
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk dapat menjelaskan konstruksi
makna serta wacana-wacana yang terbentuk dalam sebuah film karena wacana yang
muncul dalam bentuk teks (gambar, film, percakapan, foto) karena hal tersebut
tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang wajar atau alamiah.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi tak berperan. Peneliti
melakukan observasi dengan menonton film Wonder Woman 1984 secara berulang
ulang untuk melihat dan memahami alur cerita, latar film (setting), kostum dan tata
rias tokoh, pencahayaan (lighting), serta pergerakan tokoh (acting). Teknik analisa
data dalam penlitian ini adalah mengamati, reduksi data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi data. Penyajian data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, potongan-potongan gambar, serta beberapa potongan dialog.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui mise-en-scene
(wardrobe dan makeup, setting, acting, lighting) Diana merupakan tokoh yang
merepresentasikan sosok feminisme liberal yang telah memperjuangkan
pendidikan yang setara, hak politik serta kesempatan ekonomi yang setara.
Feminisme dalam memperjuangkan pendidikan dan ekonomi ditunjukkan dengan
acting dan setting, sedangkan wardrobe makeup dan lighting digunakan untuk
mempertegas bahwa Diana merupakan sosok yang tegas dalam mengambil
keputusan ataupun yang Diana perjuangkan. Tokoh Diana telah mendobrak
stereotip budaya patriarki yang menyadarkan masyarakat bahwa perempuan dan
laki-laki berhak memiliki hak dan kesempatan yang sama. Karena dengan begitu
perempuan dapat berkembang menurut keinginannya. Diana dapat bernalar dan
dapat menentukan nasibnya sendiri, selain itu Diana juga mampu dalam mengambil
keputusan sendiri. Diana mempunyai pengetahuan yang luas, oleh karena itu Diana
dapat dikategorikan sebagai perempuan yang memperjuangkan feminisme dalam
pendidikan. Selain dalam pendidikan, Diana merupakan tokoh yang
memperjuangkan feminisme liberal kesempatan yang sama dalam hal ekonomi.
Diana menunjukkan bahwa dengan berbekal pendidikan, perempuan mampu
mengembangkan kapasitas nalarnya perempuan harus memiliki kesempatan yang
sama untuk sukses di bidang ekonomi. Diana menekankan pentingnya kesetaraan
gender dalam pengambilan keputusan ekonomi dan perlunya suara perempuan
didengar dan dihargai.