Asuhan Keperawatan Pasien TB Paru pada Ny. M dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Tulip RSUD dr. Haryoto Lumajang
Abstract
Tuberkulosis merupakan penyakit kronik yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Gejala batuk sering dikeluhkan oleh penderita Tuberkulosis (TB). Gejala batuk yang akan lama akan terjadi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Dampak buruk yang terjadi jika batuk tidak produktif pada penderita TB akan menyebabkan sianosis, apatis, serta kelemahan. Tujuan penulisan ini untuk mengeksplorasi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada klien TB Paru.
Desain yang digunakan pada penyusunan laporan tugas akhir ini adalah laporan kasus. Pengumpulan data dilakukan pada satu orang pasien yang terdiagnosis TB paru yang memenuhi kriteria partisipan dan mengalami masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dengan memenuhi 80-100% tanda bayor dengan metode yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Rencana keperawatan didasarkan pada SIKI yaitu intervensi utama manajemen jalan napas dan intervensi pendukung adalah latihan batuk efektif. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 2 Mei – 6 Mei 2023, instrumen yang digunakan oleh penulis lembar dokumentasi keperawatan.
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. M didapatkan 100% tanda gejala mayor yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih, terdapat suara napas tambahan (ronkhi) pada paru di lobus kanan tengah dan bawah. Intervensi yang
dilakukan adalah manajemen jalan napas dan latihan batuk efektif untuk mengurangi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Luaran yang digunakan yaitu bersihan jalan napas dengan tujuan membaik dengan 8 indikator.
Proses keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. M didapatkan 3 kriteria mayor dan 5 minor, dengan 8 luaran yang ditetapkan oleh penulis dapat tercapai 5 dari 8 dala 3 hari perawatan. Intervensi yang akan direncanakan oleh penulis tidak dilakukan semua karena menyesuaikan kondisi pasien. Hasil evaluasi menunjukan tujuan tercapai sebagian pada hari ketiga perawatan dimana ada 3 kriteria hasil yang belum tercapai seperti masih terdapat suara napas tambahan ronkhi, sulit bicara karena suaranya serak dan frekuensi napas 22 x/menit. Tidak tercapainya 3 kriteria hasil disebabkan pasien telah mengalami komplikasi dini dari TB paru.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa intervensi manajemen jalan napas dan latihan batuk efektif dinilai sangat efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada penderita TB Paru dengan kolaborasi bronkodilator combivent. Sebagai bahan masukan diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif menyesuaikan dengan kondisi pasien. Sedangkan untuk penulis selanjutnya diharapkan perlu melakukan validasi dengan menambahkan waktu dan jumlah pasien untuk bisa membandingkan hasil dari beberapa pasien dan membuktikan keefektifan latihan batuk efektif dan manajemen jalan napas untuk mengurangi masalah bersihan jalan napas tidak efektif.