Penyesuaian Diri Sebagai Upaya Mempertahankan Kesehatan Mental pada Orang Tua dengan Anak Down Syndrome
Abstract
Setiap orang tua menginginkan kelahiran anak yang sehat, namun tidak semua anak
lahir dalam keadaan normal. Salah satu tipe Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
adalah penderita down syndrome. Anak down syndrome mengalami gangguan
keseimbangan genetik tubuh, intelektual, fungsi fisiologis tubuh, dan perubahan
karakteristik fisik. Secara global diperkirakan terdapat 3000-5000 anak lahir down
syndrome tiap tahunnya. Riskesdas Nasional tahun 2013 menyebutkan terdapat
0,13% bayi lahir down syndrome dan meningkat menjadi 0,21% di tahun 2018.
Down syndrome tidak hanya berdampak pada anak, tetapi juga akan berdampak
negatif pada kesehatan mental orang tuanya karena waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penyesuaian diri orang tua dengan anak down syndrome sebagai
upaya mempertahankan kesehatan mental.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
dilaksanakan di SLB BCD YPAC Kabupaten Jember dengan lima informan utama
yaitu orang tua dari anak down syndrome yang dipilih dengan teknik purposive,
kemudian dilakukan pengambilan data dengan wawancara mendalam, observasi,
dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul divalidasi dengan triangulasi sumber
serta teknik, dan dianalisis menggunakan thematic content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dalam kategori usia dewasa, dengan
latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sarjana (S1), dan
kondisi ekonomi menengah kebawah. Saat awal mengetahui anak mengalami down
syndrome orang tua merasa terkejut, sedih, bingung, khawatir mengenai masa
depan, bahkan menyalahkan diri sendiri karena merasa kelahiran anak tersebut
merupakan tanggung jawabnya. Perasaan tersebut berlanjut saat mengetahui anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang, karakteristik pendiam, pemalu, takut
ketika berada di keramaian, tantrum, serta memiliki ciri fisik yang berbeda dengan
anak normal sehingga orang tua merasa malu dan kerepotan dalam merawat anak
tersebut. Orang tua juga merasa kurang maksimal dalam merawat anaknya karena
kondisi ekonomi dan pengetahuan yang kurang. Selain itu, seluruh informan
menyatakan pernah mendapatkan stigma negatif dari lingkungan berupa penolakan
dari ayah kandung dan teman sebaya, pandangan aneh, pernyataan negatif yaitu
anak bisu, bodoh, jelek, tidak normal. Adanya persepsi yang salah dari orang tua
yaitu, usia anak down syndrome tidak lebih dari 10 tahun juga menjadi stressor bagi
orang tua. Stres yang dialami orang tua dalam penelitian ini tidak berkepanjangan
karena adanya dukungan dari keluarga baik berupa nasihat maupun bantuan
merawat, informasi dan nasihat dari tenaga ahli mengenai down syndrome, serta
timbulnya religiusitas dari orang tua yaitu ikhlas menerima kondisi dan mengambil
hikmah dari kejadian tersebut. Coping stress yang dilakukan berdampak positif
pada penyesuaian diri orang tua, ditunjukkan dengan persepsi akurat mengenai
pengertian, penyebab down syndrome, dan persepsi saat ini terhadap anak. Seluruh
orang tua mampu menilai kelebihan, kekurangan, mengembangkan potensi yang
dimiliki, serta dapat mengungkapkan perasaannya dengan wajar. Setiap informan
juga mampu membangun komunikasi interpersonal, namun mengurangi kegiatan
di luar rumah karena mengutamakan perawatan anak. Penyesuaian diri yang
dilakukan orang tua mendukung upaya mempertahankan kesehatan mental yang
dianalisis melalui indikator fisik, psikologis, sosial, dan moral-religius.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian, untuk orang tua dengan
anak down syndrome diharapkan aktif mengikuti berbagai webinar ataupun
organisasi untuk orang tua dengan anak down syndrome. SLB BCD YPAC
Kabupaten Jember diharapkan dapat menginisiasi pembentukan organisasi orang
tua dengan anak down syndrome di Kabupaten Jember. Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam organisasi orang
tua dengan anak down syndrome. Fakultas Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat
melakukan penelitian lebih lanjut dan pengabdian mengenai penyesuaian diri orang
tua dengan anak down syndrome.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]