Analisis Perbandingan Total Moisture dan Ash Content antara Batubara Insitu dan di Stockpile Menggunakan Metode ASTM
Abstract
Kontrol kualitas memliki fungsi sebagai tahap akhir dalam menjamin kualitas
batubara untuk konsumen sesuai dengan spesifikasi yang telah mencapai
kesepakatan. Namun seringkali terdapat perbedaan antara parameter batubara pada
saat di insitu dan di stockpile sehingga tidak sesuai dengan kontak jual beli batubara
dan dapat mengakibatkan terjadinya reject oleh konsumen. Oleh karena itu
penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui perubahan nilai ash content
dan total moisture batubara di insitu seam C, BU, B penambangan dan stockpile
dan agar mengetahui mengapa perubahan nilai total moisture dan ash content dapat
terjadi serta agar mengetahui selisih perubahan yang terjadi. Dengan
mengendalikan kualitas batubara, produsen dan konsumen dapat memastikan
bahwa batubara yang diperoleh memenuhi persyaratan yang diinginkan dan sesuai
kontrak jual beli batubara.
Metode yang digunakan adalah ASTM (American Society for Testing and
Materials) merupakan sebuah organisasi internasional yang menerbitkan suatu
metode teknis untuk berbagai industri, termasuk industri batubara. Standar ASTM
yakni metode untuk analisa material batubara yang digunakan untuk
mengetahui kualitas dan nilai parameter batubara. Parameter yang diuji adalah total
moisture dan ash content dengan cara melakukan berbagai kegiatan seperti
sampling, preparasi dan analisa laboratorium. Metode sampling yang digunakan
adalah channel sampling pada front penambangan dan grab sampling pada
stockpile. Sampel yang didapatkan tersebut kemudian dilakukan proses preparasi
atau sebuah kegiatan yang digunakan untuk menyiapkan sampel agar layak masuk
ke dalam laboratorium. Proses preparasi mencakup kegiatan crushing, dividing,
drying sheet, equalize dan milling. Setelah proses preparasi selesai dilajutkan proses
analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan total moisture dan ash content
dalam batubara. Hasil dari analisa laboratorium tersebut akan dibandingkan
berdasarkan tempat batubara tersebut diambil yakni di insitu dan di stockpile dan
dibandingkan apakah ada perubahan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan ash content mengalami kenaikan cukup besar
yakni pada insitu seam C sebesar 3,65% dan stockpile 7,82%; insitu seam BU
sebesar 4,37% dan di stockpile sebesar 8,20%; insitu seam B sebesar 3,33% di
stockpile sebesar 10,75%. Sedangkan total moisture mengalami kenaikan nilai yang
tidak terlalu besar yakni pada insitu seam C sebesar 33,85% dan di stockpile sebesar
34,48%; insitu seam BU sebesar 33,08% dan di stockpile sebesar 34,19%; insitu
seam B sebesar 31,26% dan di stockpile sebesar 34,89%. Hasil penelitian
menunjukkan nilai kalori mengalami persentase penurunan -2% hingga -6%
dikarenakan kenaikan total moisture pada saat dipindahkan di stockpile. Perubahan
nilai total moisture akan berpengaruh pada nilai kalori batubara karena semakin
tinggi total moisture dalam batubara, maka nilai kalori batubara tersebut akan
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian panas yang dihasilkan dari
pembakaran batubara akan digunakan untuk menguapkan air yang terkandung di
dalam batubara. Semakin tinggi ash content maka akan semakin rendah kalori
batubara. Hal ini disebabkan karena abu adalah komponen batubara yang tidak
terbakar dan tertinggal setelah pembakaran sehingga kalor atau panas berkurang
pada suatu pembakaran.
Penyebab perubahan nilai parameter TM pada seam C, BU dan B yakni
dikarenakan curah hujan, banyaknya genangan serta tidak menggunakan metode
FIFO. Sedangkan kenaikan ash content diakibatkan oleh material lain selain
batubara yang ikut terangkut, alat gali muat yang kurang bersih serta debu
pertambangan. Upaya untuk mengurangi kenaikan TM yakni dengan cara membuat
saluran paritan tambahan, menggunakan metode pembongkaran FIFO serta serta
menimbun sedikit genangan pada area seam B dengan material tanah dari disposal.
Sedangkan untuk mengurangi kenaikan ash content yakni dengan cara
menambahkan aktifitas penyiraman dengan water truck, membersihkan alat gali
muat sebelum digunakan dan ditekankan pada operator excavator agar selalu
selektif pada saat coal getting untuk menghindari masuknya kontaminan maupun
material pengotor.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4317]