Analisis Pengaruh Inklusi Keuangan dan Variabel Makroekonomi Terhadap Risiko Kredit Perbankan di Indonesia
Abstract
Sektor keuangan memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Menurut Shumpeter faktor penting dalam pembangunan ekonomi
adalah inovasi dan kreatifitas para pelaku usaha. Namun para pelaku usaha akan
membutuhkan akumulasi modal yang besar untuk menunjang kegiatan tersebut.
Lembaga keuangan memiliki peran dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
Namun faktanya, banyak masyarakat yang membutuhkan dana tidak memiliki
informasi serta akses terhadap layanan perbankan yang mana kondisi tersebut
menggambarkan tingkat inklusi keuangan yang masih rendah. Inklusi keuangan
mucul pascakrisis keuangan 2008 dimana krisis tersebut memberikan dampak
kepada kelompok berpendapatan rendah atau in the bottom of pyramid. Inklusi
keuangan menjadi agenda penting yang dilakukan di berbagai negara dengan
memfokuskan peningkatan akses lebih dan pengurangan segala hambatan pada
masyarakat yang terbelakang dalam menikmati produk layanan jasa lembaga
keuangan formal seperti kredit ataupun yang lainnya.
Namun demikian, upaya peningkatan inklusi keuangan di sektor
perbankan dapat menyebabkan peningkatan risiko kredit. Ekspansi kredit yang
cepat ke sector swasta akan memberikan dampak negative jika tidak di imbangi
dengan suku bunga pinjaman yang rendah, hal ini dikarenakan perbankan
mencoba menjangkau lapisan masyarakat menengah kebawah dengan
menurunkan standar kreditnya sehingga ketika terjadi krisis atau shock ekonomi
maka akan meningkatkan resiko gagal bayar yang pada akhirnya akan
menyebabkan kredit macet.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh inklusi
keuangan terhadap risiko kredit perbankan di Indonesia dengan
mempertimbangkan variable makro ekonomi sebagai variable control. Penelitian
ini menggunakan data time series bulanan periode tahun 2018-1 sampai 2022-12
yang diperoleh dari Bank Indonesia, OJK, BPS, dan lembaga terkait lainnya.
Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari
penelitian inklusi keuangan yang di proxy dengan menggunakan total kredit
umkm yang disalurkan oleh bank umum dapat mempengaruhi risiko kredit
perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan pada jumlah
kredit yang disalurkan oleh perbankan maka akan mengurangi risiko kredit
perbankan. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa suku bunga memiliki
pengaruh yang negative dan signifikan terhadap risiko kredit (NPL). Artinya
setiap kenaikan suku bunga dapat menurunkan risiko kredit bermasalah. Dimana
peningkatan suku bunga menyebabkan gejolak keinginan masyarakat untuk
menabung daripada meminjam uang sehingga pada akhirnya masalah risiko kredit
berkurang. Hasil penelitian penulis juga menemukan bahwa laju inflasi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya setiap kenaikan pada inflasi maka
akan menyebabkan peningkatan risiko kredit perbankan di indonesia.