Pola Pengobatan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS Bina Sehat Kabupaten Jember 2021
Abstract
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang
memiliki gejala hiperglikemia. DM dapat terjadi karena adanya gangguan pada
sekresi insulin di dalam tubuh. DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan kronis
yang dapat mengalami komplikasi seperti Hipertensi. DM tipe 2 dengan
komplikasi hipertensi memiliki risiko 60% mordibitas dan mortalitas
kardiovaskular. Keduanya merupakan penyakit yang banyak terjadi di kalangan
masyarakat karena memiliki angka kejadian cukup tinggi. Pemberian terapi obat
dan penanganan yang tepat merupakan upada yang diupayakan. Pasien DM
dengan komplikasi hipertensi seringnya mendapat obat lebih dari satu macam
yang mana dapat menimbulkan polifarmasi. Polifarmasi adalah kondisi yang
berhubungan dengan permasalahan efek samping pemberian obat lebih dari lima,
permasalahan interaksi antar obat lebih dari 5 dan lama pemberiannya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteritsik pasien rawat inap di RS
Bina Sehat, pola pengobatan dan potensi interaksi yang terjadi. Penelitian ini
bersifat deskriptif non eksperimental dan dilakukan secara retrospektif.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien dan
didapatkan data sebanyak 32 pasien memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pasien diabetes melitus
komplikasi hipertensi di RS Bina Sehat Kabupaten Jember periode Januari –
Desember 2021 sebanyak 32 pasien didominasi oleh wanita sebanyak 71,88%
dengan usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun (28,12%). Pada karakteristik
penyakit penyerta terdapat tiga tertinggi yang dialami pasien yaitu Peptic ulcer
(19,35%), Coronary artery disease (12,90%), Anemia (9,68%). Pola penggunaan
obat antidiabetes yang paling banyak digunakan adalah insulin tunggal golongan
Short acting (actrapid®
) yaitu 46,4%, obat antidiabetes tunggal yaitu Glimepirid
10,7% dan kombinasi insulin Short acting dengan Rapid acting (actrapid®
+ novorapid®
) 10,7% dan kombinasi insulin Short acting dengan Long acting
(actrapid®
+ levemir®
) 10,7%. Pola penggunaan antihipertensi paling banyak
digunakan adalah ARB karena ARB dan ACEI merupakan first line terapi
hipertensi. Antihipertensi tunggal yang sering digunakan adalah ARB
(Candesartan) dan CCB (Amlodipin) yaitu 16,67%. Kombinasi antihipertensi
yang paling digunakan adalah ARB + CCB (candesartan + amlodipin) yaitu
26,67%.
Pada penelitian ini dilakukan pembahasan analisis mengenai potensi
interaksi obat yang terjadi pada pasien DM komplikasi hipertensi dengan atau
tanpa penyakit penyerta. Potensi interaksi ditemukan 3 tertinggi adalah antara
insulin humulin dengan candesartan yaitu 52,9%, insulin aspart dengan
candesartan yaitu 11,8% dan furosemid dengan ramipril yaitu 11,8%. Pada tingkat
keparahan moderate terdapat 9 interaksi, tingakt keparahan majorterdapat 1
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]