Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola Konsumsi Berisiko dengan Kejadian Obesitas Sentral (Analisis Lanjut Riskesdas 2018)
Abstract
Secara nasional, prevalensi obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas RI
2007-2018 selalu meningkat dari 18,8% menjadi 31,0%. Prevalensi obesitas
sentral berdasarkan provinsi, tertinggi berada di Sulawesi Utara tahun 2018. Dari
tahun 2007-2018 jumlah provinsi yang prevalensinya di atas angka prevalensi
nasional terus meningkat mulai dari 17 provinsi menjadi 19 provinsi. Penelitian
yang dilakukan Sudikno, et al, (2015) menunjukkan bahwa penyebab terjadinya
obesitas sentral pada orang dewasa berusia 25-65 tahun di Indonesia yaitu usia,
wilayah tempat tinggal, status ekonomi, dan aktivitas fisik. Faktor-faktor tersebut
selaras dengan hasil Riskesdas RI 2018 yang menunjukkan bahwa kriteria tersebut
ada dalam penelitian Riskesdas RI. Penelitian Rahmawati (2015) diketahui bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral yaitu aktivitas fisik yang
rendah, asupan energi yang tinggi, karbohidrat sederhana, protein, lemak, dan
asupan serat yang rendah. Perilaku mengonsumsi makanan berisiko juga
berkontribusi meningkatkat risiko status gizi lebih (Angraini, 2015). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan pola konsumsi berisiko
dengan kejadian obesitas sentral di Indonesia berdasarkan data Riskesdas RI tahun
2018.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan
menggunakan desain cross sectional yang digunakan untuk melihat hubungan
aktivitas fisik dan pola konsumsi berisiko dengan obesitas sentral. Desain cross
sectional dipilih karena variabel aktivitas fisik, variabel pola konsumsi makanan
berisiko, dan variabel karakteristik individu diukur secara bersamaan. Data
masing-masing variabel dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
dikumpulkan dari hasil pengukuran saat Riskesdas RI tahun 2018. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pola makan berisiko dan aktivitas fisik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah obesitas sentral. Untuk menjawab hubungan
antara variabel bebas dan terikat digunakan pengujian chi-square. Dasar
pengambilan keputusan hipotesis adalah H0 diterima jika p-value ≥ α (0,05) dan
H0 ditolak jika p-value < α (0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obesitas sentral berdasarkan jenis
kelamin terbanyak pada jenis kelamin perempuan (68,30%). Usia responden yang
berstatus obesitas sentral terbanyak pada usia antara 35-44 tahun (28,57%).
Wilayah perkotaan memiliki persentase obesitas sentral terbanyak (51,51%).
Gemuk berat juga memiliki persentase obesitas sentral terbanyak (64,69%).
Mayoritas responden melakukan aktivitas fisik sedang dalam kehidupan sehariharinya. Responden yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang dan berat
sebanyak 11,4% dari total keseluruhan responden. Sebanyak 50,1% responden
mengonsumsi makanan yang tergolong berisiko menurut Riskesdas RI 2018.
Responden yang memiliki status obesitas sentral sebanyak 98,1%. Aktivitas fisik
dan obesitas sentral memiliki hubungan yang signifikan berdasarkan data
Riskesdas RI 2018. Pola konsumsi berisiko memiliki hubungan yang signifikan
dengan kejadian obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas RI 2018.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan agar dapat
menambah wawasan masyarakat akan pentingnya memperhatikan kebiasaan
konsumsi makanan dengan memperhatikan komposisi dan frekuensi saat
mengonsumsi makanan tersebut.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]