Pengaruh kadar Fluor Air Tanah dan Konsumsi Fluor Terhadap Fluorosis di Kecamatan Asembagus Situbondo
Abstract
Tubuh membutuhkan mineral sebagai zat pemelihara jaringan dan pembentukan tulang dan gigi. Berdasarkan kebutuhan dalam tubuh, mineral dibedakan menjadi makromineral dan mikromineral. Salah satu mikromineral yang dibutuhkan oleh tubuh adalah fluor. Fluor ditemukan salah satunya di dalam kandungan air minum yang terbukti dapat memberikan efek terhadap kesehatan. Menurut American Dental Association kandungan fluor yang aman dikonsumsi berkisar antara 0,7-1,2 ppm. Konsumsi fluor yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya resiko fluorosis.
Fluorosis gigi disebut sebagai hipomineralisasi enamel oleh karena kelebihan fluor selama masa pembentukan gigi. Fluorosis gigi merupakan cacat perkembangan enamel karena paparan fluor yang melebihi batas normal dalam kurun waktu yang relatif lama terutama pada masa pembentukan dan kalsifikasi gigi. Meskipun kasus fluorosis di Indonesia tidak banyak dilaporkan, tetapi Indonesia termasuk negara yang beresiko tinggi mengalami kejadian fluorosis. Salah satunya di Kecamatan Asembagus yang merupakan daerah endemik fluorosis.
Kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air tanah sebagai air minum dapat memunculkan masalah kesehatan terlebih jika asupan fluor harian melebihi batas yang ditentukan. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat berusia 19-25 tahun yang tinggal di Kecamatan Asembagus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji pengaruh kadar fluor air tanah dan konsumsi fluor air terhadap tingkat keparahan fluorosis gigi di Kecamatan Asembagus.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Penelitian dilaksanakan di lima desa yang ada di Kecamatan Asembagus, Situbondo dan pengujian sampel air tanah dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Jember. Dalam penelitian ini didapatkan subjek penelitian sebanyak 26 orang. Data sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu daerah dengan konsentrasi fluor sebesar 0,42 ppm dan 1,38 ppm. Subjek penelitian diambil dari masyarakat berusia 19-25 tahun yang merupakan masyarakat asli dan masih mengonsumsi air tanah untuk kebutuhan minum dan memasak. Hasil penelitian didapatkan melalui pemeriksaan rongga mulut pasien menggunakan skor indeks dean fluorosis, wawancara dan pengisian 24 hours food recall.
Data penelitian diuji dengan uji bivariate menggunakan uji chi-square dan uji multivariate menggunakan uji regresi logistik berganda. Analisis regresi logistik berganda bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat keparahan fluorosis. Selain itu, analisis ini dapat menghitung suatu peluang terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Variabel tersebut dapat menunjukkan pengaruh signifikan secara statistik jika nilai p-value < 0,05. Seleksi uji regresi logistik dilakukan pada variabel dalam analisis bivariate yang memiliki nilai p-value < 0,25.
Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa faktor resiko yang berpengaruh terhadap tingkat keparahan fluorosis pada masyarakat berusia 19-25 tahun di Kecamatan Asembagus adalah kadar fluor air tanah fluor (p-value = 0,023; OR = 8,8; CI 95% = 1,3-57,4) dan konsumsi fluor (p-value = 0,006; OR = 27; CI 95% = 2,5-284,6). Kedua faktor resiko tersebut terbukti dapat mempengaruhi tingkat keparahan fluorosis secara signifikan. Konsumsi fluor merupakan faktor yang berpengaruh paling dominan terhadap tingkat keparahan fluorosis gigi.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]