Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Buah Okra Hijau (Abelmoschus Esculentus) (EBOH) Dengan Naocl 2,5% DAN EDTA 17% Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Viridan
Abstract
Prevalensi Streptococcus viridans (S. viridans) ditemukan mencapai 63% di saluran akar terinfeksi disebabkan kemampuannya membentuk biofilm, ketahanan terhadap pH ekstrem dalam rongga mulut, serta kemampuan menghasilkan asam yang dapat mendemineralisasi jaringan keras gigi. S.viridans juga dapat menyebabkan endokarditis subakut karena dapat memasuki aliran
darah melalui infeksi pulpa, sehingga perlu dilakukan pembersihan yang adekuat saat perawatan saluran akar.
Bahan irigasi yang banyak digunakan untuk perawatan saluran akar salah satunya adalah natrium hipoklorit (NaOCl) 2,5% yang bersifat antimikrobial kuat akan tetapi tidak mampu melarutkan jaringan anorgnik dan menyebabkan iritasi pada jaringan lunak. Penggunaan NaOCl 2,5% dikombinasikan dengan Ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA) 17% yang bekerja dengan melarutkan jaringan anorganik, akan tetapi memiliki kekurangan sifat antimikroba yang rendah. Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif dari alam yang dapat mengatasi kekurangan kedua bahan tersebut, salah satunya adalah okra hijau. Ekstrak buah okra hijau mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya antibakteri ekstrak buah okra hijau dengan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% terhadap pertumbuhan S. viridans.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan pendekatan post test-only control group design. Buah okra hijau yang diperoleh dari PT. Mitratani Dua Tujuh diidentifikasi, kemudian diekstrasi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi 100%. Ekstrak buah okra hijau diencerkan menggunakan akuades steril hingga diperoleh konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%. Kelompok pembanding dalam penelitian ini adalah NaOCl 2,5% dan EDTA 17%, sedangkan kontrol negatif adalah akuades. Uji antibakteri yang digunakan adalah metode disc diffusion menggunakan kertas cakram yang diletakkan di atas MHA. Bakteri diperoleh dari stok bakteri S.viridans yang telah disesuaikan dengan standar 0,5 McFarland. Inkubasi dilakukan selama 24 jam dibawah suhu 37OC. Daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan melalui terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram yang diukur diameternya menggunakan jangka sorong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata diameter zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak buah okra hijau. Rata-rata diameter zona hambat dari yang terkecil hingga terbesar yaitu ekstrak buah okra hijau konsentrasi 12,5% (9,53 mm), 25% (12,64 mm), 50% (16,4 mm), dan 100% (19,53 mm).Rata-rata diameter zona hambat kelompok pembanding EDTA 17% (21,36 mm) dan NaOCl 2,5% (24,87 mm), serta kelompok kontrol negatif yaitu akuades (0 mm). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene test, didapatan data berditribusi normal dan tidak homogen. Data diuji menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis menunjukkan nilai signifikansi yaitu 0,000 (α<0.05) artinya terdapat perbedaan daya hambat pada seluruh kelompok.
Hasil uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
antar kelompok (α<0.05). Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus) konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100% mempunyai daya antibakteri lebih kecil dibandingkan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% dalam menghambat pertumbuhan S.viridans.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]