Sistem Penguasaan Lahan Pertanian Secara Sakap (Bagi Hasil) pada Petani Padi dalam Perspektif Ekonomi

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan metode kualitatif dengan tekni snowball sampling dalam mencari data, kemudian penggunaan kegiatan observasi langsung kelapangan, wawacara langsung dengan pemilik lahan dan penyakap dan pengambian data dari dokumen-dokumen Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Sehingga peneliti mendapat beberapa data dari para pemilik lahan dan penyakap serta data-data pengarsipan Kecamatan Kencong dan Desa Cakru. Pengumpulan data ini dilakukan secara terus menerus sehingga data terkumpul sesuai keinginan peneliti. Luas lahan yang dimanfaatkan sebagai pola sakap rata-rata seluas ¼ bahu atau 1.785m² tiap penyakap. Pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh penyakap sebesar Rp490.000.00 (Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah) dalam satu musim produksi padi. Biaya yang dikeluarkan lebih banyak ke tenaga kerja, karena penyakap memiliki beban yang disepakati pada penyediaan tenaga kerja. Kemudian pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik lahan sebesar Rp1.360.000.00 (Satu Juta Tiga Ratus Ribu Enam Puluh Ribu Rupiah) dalam satu musim produksi padi. Biaya yang dikeluarkan pemilik lahan lebih banyak ke penyediaan sarana produksi (SAPRODI). Pembagian hasil panen padi yang didapat oleh pemilik lahan dan penyakap didasarkan pada pembagian 9:2 (Songoloro), dimana apabila luas lahan yang digarap ¼ bahu atau 1.785 m² akan mendapat 1.400 kilogram (1,4 Ton) padi. Sehingga pemilik lahan mendapat 1.143 kilogram padi dengan keluaran biaya produksi Rp1.360.000.00 (Satu Juta Tiga Ratus Ribu Enam Puluh Ribu Rupiah) dan penyakap mendapat 254 kilogram dengan keluaran biaya produksi padi Rp490.000.00 (Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah). Sistem pembagian hasil ini sudah sesuai dengan keluaran biaya produksi dengan jumlah pendapatan yang didapat, namun kondisi alam dan manajemen produksi berpengaruh terhadap hasil panen padi yang didapat dalam satu musim.