dc.description.abstract | Penelitian ini fokus pada peran ekspresi wajah dalam proses komunikasi,
dimana sebanyak 55% pesan yang diterima oleh manusia melibatkan elemen
ekspresi tersebut. Meskipun demikian, tantangan-tantangan seperti variasi
pencahayaan, pose, dan warna kulit mempersulit pengenalan ekspresi wajah.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengenali dan memahami emosi yang
terkandung dalam gambar wajah manusia dengan mengekstrak fitur-fitur seperti
posisi, bentuk, dan perubahan kelengkungan pada area wajah. Dalam pendekatan
eksperimentalnya, penelitian ini menggunakan dua jenis ekstraksi fitur, yaitu
geometric based (Vectorized Landmark dan Landmark Curvature) dan appearanced
based (Histogram of Oriented Gradients dan Local Binary Pattern).
Proses pemodelan dalam penelitian ini memanfaatkan algoritma Support
Vector Machine (SVM), di mana parameter-parameter yang digunakan yaitu kernel
dan cost. Berbagai jenis kernel, seperti Radial Basis Function (RBF), poly, dan
linear, diterapkan untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil model. Rentang nilai
cost yaitu [10−2, 10−1, 100, 101, 102.5, 103, 103.5, 104]. Untuk menemukan
kombinasi optimal dari parameter-parameter ini, penelitian menggunakan metode
grid search. Sebelum proses pemodelan dimulai, dilakukan proses feature scaling
untuk memastikan keseragaman skala pada semua fitur. Penelitian ini kemudian
dibagi menjadi empat kategori eksperimen: without smote and feature selection,
without smote and using feature selection, using smote and without feature
selection, using smote and without feature selection, dan using smote and feature
selection. Pada kategori without smote and feature selection dilakukan skenario
pada ketiga jenis data fitur yaitu fitur geometri saja, fitur tekstur saja, dan gabungan
keduanya. Sementara pada kategori lainnya akan diimplementasikan pada
gabungan data fitur tekstur dan geometri.
Pada skenario without smote and feature selection menghasilkan akurasi
tertinggi yaitu 61% pada data fitur gabungan dengan kernel RBF. Kemudian pada
skenario kedua, yaitu without smote and using feature selection menghasilkan
akurasi tertinggi yaitu 48% pada kernel RBF. Skenario ketigaa yaitu using smote
and without feature selection menghasilkan akurasi tertinggi sebesar 90% pada
kernel RBF. Skenario ini merupakan skenario dengan model yang menghasilkan
performa terbaik dari model lain. Terakhir, skenario keempat yaitu using smote and
feature selection menghasilkan akurasi tertinggi sebesar 53% pada kernel RBF.
Analisis perbandingan nilai f1-Score per kelas juga dilakukan untuk
mengilustrasikan perbedaan antara dua situasi, yaitu menggunakan metode
SMOTE dan tanpa SMOTE. Hasilnya menunjukkan bahwa performa pada situasi
tanpa SMOTE cukup tinggi terutama pada kelas happy dan neutral, sementara kelas
lainnya menunjukkan tingkat kinerja yang cukup rendah. Sebaliknya, implementasi
SMOTE memberikan tingkat kinerja yang konsisten dan unggul di setiap kelas.
DIGITAL REPOSIT | en_US |