Mitos dalam Tradisi Grebeg Suro pada Masyarakat Jawa di Desa Sumbermujur Kabupaten Lumajang
Abstract
Tradisi Grebeg Suro dilaksanakan di obyek wisata Hutan Bambu oleh
masyarakat Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Tradisi tersebut diselenggarakan setiap tahun sekali pada malam Satu Suro. Suro
yang dimaksud ialah tahun baru Muharram (tahun islam) karena tradisi Grebeg Suro
yang dilakukan terlibat dengan agama dan masyarakat yang sebagian besar beragama
islam. Semua orang melakukan introspeksi dan membersihkan diri disertai dengan
memanjatkan doa ketika tradisi tersebut berlangsung.
Pada perayaan tradisi Grebeg Suro Desa Sumbermujur waktu dan tempatnya
telah ditentukan dan mengacu pada kepercayaan masyarakat setempat. Masyarakat
Jawa penuh dengan falsafah hidup dengan berpedoman pada lingkungan alam sekitar.
Dalam pelaksanaan tradisi masyarakat Jawa menjunjung tinggi simbolisme, yang
dapat dilihat dari media yang digunakan dalam sebuah perayaan, sesaji yang
digunakan pada saat upacara dan menjadi syarat yang harus ada misalnya gunungan
(hasil bumi), kepala sapi, ingkung (satu ekor ayam), dan sebagainya. Media seperti
sesaji menjadi syarat untuk dapat berinteraksi dengan alam lain dan juga merupakan
suatu persembahan kepada Tuhan. Selain sesaji sebagai media, terdapat pula hewan
yang disakralkan yaitu Uling. Uling adalah sejenis hewan air tawar besar yang keluar
dari goa sumber mata air di Hutan Bambu. Apabila Uling keluar ketika ritual
dilakukan, maka dipercaya sebagai simbol bahwa doa-doa akan dikabulkan.
Fokus masalah penelitian ini, yaitu mendeskripsikan 1) wujud mitos dalam
Tradisi Grebeg Suro, 2) nilai budaya yang terkandung dalam mitos Tradisi Grebeg
Suro, 3) fungsi mitos dalam Tradisi Grebeg Suro, dan 4) pemanfaatan mitos dalam
Tradisi Grebeg Suro sebagai alternatif materi pembelajaran bahasa Indonesia di
SMA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, rancangan tradisi lisan
dengan pendekatan etnografi. Sumber data adalah informan yang memahami Tradisi
Grebeg Suro Desa Sumbermujur. Data penelitian ini berupa hasil wawancara, catatan
etnografi. Teknik pengumpulan data, yaitu teknik observasi, dokumentasi,
wawancara, dan terjemahan. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan teknik
analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen, dan analisis nilai budaya.
Hasil penelitian ini: (1) wujud mitos dalam Tradisi Grebeg Suro, wujud mitos
berdasarkan isi merupakan cerita awal berdirinya Tradisi Grebeg Suro dan wujud
mitos berdasarkan prosesi berupa kepercayaan atau keyakinan pada setiap sesajian
dan tindakan prosesi atau serangkaiannya; (2) cerita-cerita dalam Tradisi Grebeg
Suro memiliki nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya, misalnya uborampe
gunungan yang menjulang ke atas yang memiliki makna bahwa manusia harus selalu
tertuju pada Tuhan hal ini berkaitan dengan nilai religiusitas. Menyiapkan gunungan
sebelum diadakannya arak-arakan memiliki makna bahwa manusia saling gotong
royong, yakni nilai sosial. Gunungan yang digrebeg masyarakat setelah prosesi
selesai memiliki maka bahwa manusia mempunyai sikap yang ikhlas yakni nilai
kepribadian; (3) mitos dalam Tradisi Grebeg Suro memberikan fungsi-fungsi yang
sangat berperan bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang mempercayainya baik
fungsi sosial maupun fungsi individual. Fungsi tersebut berkaitan dengan
berlangsungnya tradisi Grebeg Suro, misalnya generasi muda yang turut andil dalam
pengembangan dan pelestarian tradisi; dan (5) hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai alternatif materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, yakni cerita rakyat
(hikayat) sesuai KD yang telah direkomendasikan.
Saran dalam penelitian ini, Grebeg Suro pada ritual bersih desa masyarakat
Jawa di Desa Sumbermujur Kabupaten Lumajang masih terbatas pada wujud, makna,
pewarisan, dan pemanfaatan, sedangkan di dalamnya terdapat prosesi yang dapat
dikaji lebih dalam. Oleh sebab itu, perlu diteliti lebih dalam mengenai mitos dalam
tradisi Grebeg Suro pada masyarakat Jawa di Desa Sumbermujur Kabupaten
Lumajang melalui jenis pendekatan yang lain.