Kajian Psikologi Humanistik Novel Binatangisme Karya George Orwell (Terjemahan Mahbub Djunaidi)
Abstract
Penelitian ini menggunakan objek berupa karya fiksi, yaitu Novel
Binatangisme karya George Orwell, terjemahan Mahbub Djunaidi. Tujuan penelitian
dibagi menjadi dua yaitu: 1) mendeskripsikan keterkaitan antarunsur yang
digambarkan pada novel Binatangisme yang meliputi unsur judul, tema, penokohan,
perwatakan dan konflik; 2) mendeskripsikan aspek psikologi humanistik yang
tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Binatangisme.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan teori
psikologi humanistik. Pengkajian menggunakan teori struktural digunakan untuk
membedah secara rinci unsur-unsur intrinsik seperti judul, tema, penokohan,
perwatakan, dan konflik dalam novel Binatangisme. Teori psikologi humanistik
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, tentang hirarki
kebutuhan manusia. Teori psikologi humanistik dapat mendeskripsikan dengan jelas
aspek psikologi manusia yang terdapat pada diri tokoh. Objek kajian psikologi
humanistik akan mendeskripsikan lebih mendalam, sehingga dapat membuktikan
bahwa tokoh dalam novel Binatangisme adalah representasi dari realitas manusia
secara kepribadiannya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) membaca dan memahami isi subtansi
novel; 2) mengidentifikasi dan mengolah data yang berhubungan dengan keterkaitan
unsur struktural novel; 3) mengidentifikasi dan mengolah data yang berhubungan
dengan unsur psikologi humanistik; 4) melakukan analisis struktural; 5) melakukan
analisis psikologi humanistik; 6) menarik kesimpulan dari hasil analisis. Metode
pengumpulan data menggunakan metode studi pustaka. Sumber pengumpulan data
yaitu buku atau jurnal yang dapat memberikan gambaran umum yang terkait dengan
objek kajian.
Hasil pembahasan intrinsik dalam penelitian ini didapat pengertian dari judul
yang dibuat oleh penerjemah yaitu Binatangisme. Judul tersebut merujuk pada sistem
pemikiran para binatang yang terdapat dalam novel. Judul Binatangisme adalah
paham pemikiran para “binatang”. Pembahasan kedua yaitu tentang tema novel.
Tema mayor dalam novel Binatangisme yaitu kekuasaan dapat mencerminkan dan
mempengaruhi kepribadian makhluk hidup, sedangkan tema minornya ada tiga, di
antaranya yaitu: a) kerjasama mempermudah tujuan bersama, b) keadilan dan
kesetaraan sebagai alat persatuan, dan c) eksploitasi kerja yang menyengsarakan.
Konflik dalam novel Binatangisme dibedakan menjadi dua yaitu konflik internal dan
eksternal. Konflik internal berkaitan dengan batin atau diri tokoh itu sendiri. Konflik
eksternal dalam binatangisme banyak dijumpai pada permasalahan hubungan
antartokohnya, yaitu antara binatang melawan manusia atau binatang melawan
binatang lainnya.
Pembahasan unsur intrinsik membedah tokoh-tokoh yang terdapat dalam
novel. Tokoh yang diperkenalkan oleh pengarang lebih banyak merupakan tokoh
“binatang” peternakan yang merepresentasikan kelompok manusia dalam masyarakat.
Tokoh seperti “binatang” babi yang digambarkan sebagai pemikir dan
merepresentasikan masyarakat kaum atas. Para anjing yang merepresentasikan aparat
keamanan dalam masyarakat, atau para burung dan kambing yang digambarkan
sebagai masyarakat kaum bawah. Tokoh utama dalam novel yaitu Napoleon.
Napoleon merupakan tokoh antagonis yang mempunyai sifat atau watak yang egois,
munafik, manipulatif, licik dan kejam. Adapun tokoh tambahan dalam novel cukup
banyak antara lain yaitu: Snowball, Major, Squealer, Tuan dan Nyonya Jones, Boxer,
Clover, Mollie, Moses, Muriel dan Benjamin. Mayoritas tokoh novel Binatangisme
yaitu “binatang” yang merepresentasikan diri mereka seseorang manusia, sedangkan
tokoh manusia dalam novel merepresentasikan seorang penjajah bagi para
“binatang”.
Pembahasan terakhir difokuskan pada aspek psikologi humanistik (hirarki
kebutuhan Maslow) yang terdapat dalam novel Binatangisme. Analisis pembahasan
didapat informasi bahwa tiga tokoh dalam novel yaitu; Napoleon, Snowball dan
Boxer mempunyai tingkat kebutuhan yang sempurna. Mereka dijelaskan telah
memenuhi lima tingkat kebutuhannya mulai dari fisiologis, rasa aman, cinta,
penghargaan, dan aktualisasi diri. Terpenuhinya semua tingkat kebutuhan membuat
kepribadian mereka terus berkembang. Para tokoh yang telah berhasil
mengaktualisasikan diri membuatnya menjadi tokoh yang kompleks dan terlihat
mempunyai jati diri yang khas. Tiga tokoh yang telah dianalisis tingkat kebutuhannya
menggambarkan adanya kebutuhan psikologi humanistik dalam novel Binatangisme.
Terpenuhinya semua hirarki kebutuhan dapat merepresentasikan bahwa tokoh
“binatang” dalam novel mempunyai kepribadian layaknya manusia pada umumnya.