dc.description.abstract | Provinsi dengan jumlah produksi kopi terbesar di Indonesia pada tahun 2021 adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Aceh, dan Bengkulu, keenam adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 45.913 ton. Berada pada posisi ke enam, Provinsi Jawa Timur tentu menjadi basis dari komoditas kopi di Pulau Jawa. Berdasarkan data produksi tanaman perkebunan kopi menurut kabupaten/kota dan jenis tanaman di Provinsi Jawa Timur (ton) tahun 2020-2022, Nilai share produksi kopi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 dan 2022 adalah 18% dari total produksi di Jawa Timur. Pembangunan pada subsektor perkebunan selalu memiliki peranan yang strategis bagi pembangunan wilayah baik nasional maupun regional.
Luas areal komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi berada pada rata-rata 8.675 Ha dengan rata-rata produktivitas dari tahun 2018-2022 mencapai 904,4 kg/ha. Produksi komoditas kopi pada tahun 2018 hingga 2022 mengalami peningkatan hingga pada 4 tahun terakhir sudah mencapai lebih dari 10 ribu ton produksinya. Pengembangan komoditas kopi sebagai komoditas unggulan yang berdampak pada perekonomian di Kabupaten Banyuwangi terdapat permasalahan atau kendala yang ditemui. Berdasarkan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2021-2026, Permasalahan pembangunan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan kinerja sektor pertanian dan telaah mendalam oleh berbagai pihak yang terlibat didalamnya yaitu 1) Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi, 2) Masih banyaknya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), 3) Semakin menurunnya tingkat kesuburan atau produktivitas lahan karena penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama, sehingga produktivitas sulit ditingkatkan secara signifikan, 4) Masih melemahnya peran kelembagaan petani dalam meningkatkan produktivitas dan manajemen pengelolaannya. Kabupaten Banyuwangi juga masih belum memiliki specialty product.
Pada model perencanaan sektoral basis ekonomi, sektor perekonomian dibagi menjadi sektor basis dan sektor bukan basis. Analisis perencanaan wilayah yang bertujuan untuk menentukan wilayah basis atau non basis dapat dilakukan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan diperkuat dengan analisis lokalisasi serta spesialisasi untuk mengetahui karakteristik sebaran suatu komoditas. Analisis dilakukan menggunakan data produksi kopi di Kabupaten Banyuwangi tahun 2018 hingga 2022. Strategi pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi dapat diperkuat dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk bisa menentukan strategi prioritas dalam pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi. Analisis dilakukan dengan 5 kriteria dan 10 alternatif pengembangan komoditas kopi dari hulu hingga hilir usahatani kopi di Kabupaten Banyuwangi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat 6 wilayah atau kecamatan basis komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan basis komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan rata-rata LQ dari tahun 2018-2022 yaitu Kecamatan Kalibaru, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Glenmore, Kecamatan Licin, Kecamatan Glagah, dan Kecamatan Banyuwangi. 19 kecamatan lainnya masuk kedalam kecamatan non basis komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi. 2) Rata-rata nilai koefisien lokalita dari setiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi memiliki nilai kurang dari satu (α < 1) maka karakteristik sebaran komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Banyuwangi. Nilai koefisien spesialisasi kurang dari satu (β < 1) yang berarti bahwa 25 kecamatan di Banyuwangi tidak mengusahakan komoditas perkebunan kopi saja. 3) Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu kriteria prioritas dalam strategi pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Banyuwangi adalah kriteria pasca panen usahatani, sedangkan alternatifnya adalah alternatif meningkatkan mekanisasi pengolahan hasil. | en_US |