Pemberdayaan Warga Belajar Disabilitas Dalam Membangun Kemandirian Berwirausaha di PKBM Rumpun Aksara
Abstract
Pada dasarnya pemberdayaan berfokus untuk memberikan perhatian kepada kelompok yang lemah. Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada pemberdayaan yang ditunjukkan kepada disabilitas. Dimana mereka sering mendapatkan perlakuan diskriminasi sehingga perlu diberikan daya untuk memperoleh kesetaraan dalam kehidupannya. PKBM Rumpun Aksara merupakan PKBM di Kabupaten Jember yang menerima peserta didik disabilitas. Selain memberikan pengetahuan juga memberikan keterampilan berupa komputer, public spekaing dan kewirausahaan. Ketiganya diberikan kepada disabilitas karena melihat latar belakang mereka yang menjadi wirausaha dan adanya permasalahan terkait kurangnya kompetensi untuk menunjang kemajuan usaha mereka. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan warga belajar disabilitas dalam membangun kemandirian berwirausaha di PKBM Rumpun Aksara. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validitas data yang digunakan adalah perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dan triangulasi. Analisis data digunakan dengan menggunakan model Milles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan warga belajar disabilitas ini sudah melalui tiga tahap yaitu penyadaran, transformasi kemampuan dan peningkatan kemampuan. Selain itu keberhasilan dari program ini ditandai dengan tumbuhnya kemandirian berwirausaha pada warga belajar disabilitas. Seperti memiliki etos kerja, mampu memenuhi kebutuhan, tidak bergantung pada orang lain, dan inisiatif. Kesimpulan penelitian ini menyoroti bahwa adanya kendala seperti kurangnya sarana dan kurang konsistennya pelaksanaan dari pelatihan vokasional tidak membuat warga belajar disabilitas patah semangat. Mereka tetep sangat antusias untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Dari pihak PKBM Rumpun Aksara pun berusaha mencari solusi atas kendala tersebut. Sehingga adanya kendala hanya sebagai bahan evaluasi bukan menjadi alasan program pelatihan vokasional ini tidak berlanjut.