Asuhan Keperawatan Gastritis Pada Ny. J Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
Abstract
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan
dalam sistem pencernaan. Gastritis dapat meningkatkan permeabilitas dinding
lambung yang menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan iritasi pada
dinding mukosa lambung, sehingga memunculkan rasa nyeri di area perut sebelah
kiri atas dan menimbulkan masalah keperawatan nyeri akut. Tujuan laporan tugas
akhir adalah mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Gastritis Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang
tahun 2023.
Desain yang digunakan pada laporan tugas akhir ini adalah laporan kasus.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 28 Juni – 30 Juni 2023 dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap satu orang pasien gastritis yang
memenuhi kriteria partisipan dan mengalami masalah keperawatan nyeri akut.
Rencana keperawatan didasarkan pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) yaitu intervensi utama manajemen nyeri dan intervensi pendukung
message.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa 5 dari 6 tanda dan gejala dan tanda
mayor terjadi pada pasien meliputi pasien mengeluh nyeri dengan skala 7, tampak
meringis, gelisah, nadi 124x/menit, dan sulit tidur. Adapun tanda dan gejala
tanda minor muncul 3 dari 7 tanda gejala minor yaitu tekanan darah 145/96
mmHg, nafsu makan berubah dan dhiaporesis. Intervensi yang dilakukan yaitu
manajemen nyeri dan terapi massage. Pada terapi massage penulis memilih
intervensi Massage Effleurage yang dilakukan sebanyak satu kali perhari. Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3 hari, didapatkan tujuan tercapai.
Seluruh kriteria hasil yang ditetapkan dapat dicapai oleh pasien yaitu pasien
mengeluh nyeri dengan skala 2, tidak meringis, pasien tidak gelisah, frekuensi
nadi 70 x/menit, tidak mengalami sulit tidur, tekanan darah 110/70 mmhg, nafsu
makan pasien membaik.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi gabungan manajemen
nyeri dan terapi massage dapat mengurangi nyeri pada pasien gastritis walaupun
nyeri pasien belum hilang, dikarenakan waktu untuk melakukan intervensi
tergolong singkat yaitu 3 hari. Untuk mendapatkan hasil yang optimal hingga
sampai menurunkan nyeri diperlukan waktu yang lebih panjang yaitu 1 minggu
dengan frekuensi 3 x pertemuan.
Dari hasil laporan kasus ini diharapkan penulis selanjutnya dapat
melakukan intervensi pemberian terapi Massage Effleurage selama seminggu 3x
seperti penelitian sebelumnya. Bagi perawat Latihan Massage Effleurage ini dapat
dijadikan intervensi untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien Gastritis,
sedangkan bagi pasien dan keluarga diharapkan saat di rumah dapat melanjutkan
terapi Massage Effleurage ini untuk mengurangi nyeri yang terjadi di rumah.